Mohon tunggu...
Titono Wahyudi
Titono Wahyudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Akhlak Dalam Filsafat Pendidikan Islam

24 Desember 2024   14:46 Diperbarui: 24 Desember 2024   14:46 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Konsep Ontologi Akhlak

Ontologi merupakan cabang teori hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada dan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani telah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontologi. Dalam persoalan ontologi, orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini. Pertama kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin adalah realitas; realita adalah ke-real-an, riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bahtiar (2016: 132) bahwa:

"Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab "apa" yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologis berasal dari perkataan Yunani; On = being, dan logos = logic. Jadi ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan)."

Sedangkan pengertian ontologis menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Suriasumantri (1985: 5) mengatakan, ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang "ada". Sementara itu Dardiri (1986: 17) mengatakan, bahwa:

"Ontologi adalah menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakana ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada."

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka ontologi dapat dipahami sebagai ilmu tentang ada, yaitu ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Dengan demikian ontologi akhlak berarti mempertanyakan apa hakikat akhlak itu.

Untuk mengetahui hakikat akhlak setidaknya berangkat dari pengertian akhlak, dimana ada dua pendekatan untuk memahami makna akhlak, yaitu pendekatan etimologi (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab, jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut bahasa diartikan: moral, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan "Khaliq" yang berarti Pencipta dan "makhluk" yang berarti yang diciptakan (Zahruddin, 2004: 1).

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, beberapa ulama dan pakar pendidikan telah mengemukakan pengertiannya, diantaranya:

Ibn Miskawaih dalam Zahruddin (2004: 4), menyatakan bahwa "Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan- perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu". Pendapat lain yang cukup luas dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam Ardani (2005: 29) bahwa:

"Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk."

Dari dua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa akhlak merupakan perbuatan yang timbul karena adanya dorongan dari dalam jiwa manusia secara spontan tanpa berpikir atau menimbang terlebih dahulu. Atau dengan kata lain akhlak merupakan perbuatan yang dikehendaki seseorang dan dilakukan berulang- ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, kebiasaan lemah lembut terhadap sesama, atau sebaliknya acuh tak acuh terhadap kesusahan orang lain, dan lain sebagainya. Sebagaimana pernyataan Amin yang dikutip Zahruddin (2004: 4-5) bahwa:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun