Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Berdasarkan Data Digital 2022, Perkembangan Dunia Digital Pre-Pandemic Menjadi Serba Personal

1 Februari 2022   08:10 Diperbarui: 15 Mei 2022   16:08 3620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia digital setiap tahunnya semakin bergerak dinamis. Jika kita tidak upgrade dan update diri kita secara personal, kita akan tertinggal di dunia digital ini.

Upgrade diri yang dimaksud adalah menambah kemampuan diri kita secara pribadi agar lebih expert ataupun agar memiliki kemampuan 'skill' yang lain.

Sedangkan update diri adalah kita selalu mengikuti perkembangan di dunia saat ini, terutama di bidang teknologi digital. Oleh karena itu, kedua hal ini sangat mendukung diri kita dalam dunia digital saat ini.

Berdasarkan Data Digital 2022: Global Overview, terlihat saat ini perkembangan dunia digital mulai menyasar personal. Tidak lagi menyasar banyak orang ataupun komunitas sejenis.

Ada beberapa data yang mendasari kenapa dunia digital di tahun 2022 ke depan menyasar individu secara personal. Yang paling terlihat saat ini adalah metaverse.

Bagi yang belum tahu apa itu metaverse, ini merupakan semesta digital di mana kita akan berada dalam melakukan aktivitas. Seperti rapat online dengan menggunakan virtual reality. Yang muncul dalam tampilan dunia digital tersebut, diri kita akan tertampil berbentuk avatar digital. Begitu juga dengan teman kita, seakan avatar saling berbicara dengan avatar.

Ibaratnya kita akan tinggal dan beraktivitas di dunia virtual digital. Sehingga kita tidak akan merasakan perbedaan apakah itu virtual ataupun realita.

Perkembangan metaverse ini, dari Data Digital 2022, kepemilikan virtual reality device dunia mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu 9,1% dibandingkan dengan tahun kemarin.

Selain metaverse, melalui virtual reality device yang memang penggunaannya untuk personal, kepemilikan smart watch atau jam tangan pintar mengalami peningkatan paling besar ketimbang device lainnya.

Ilustrasi akses digital | Sumber: Thales Group
Ilustrasi akses digital | Sumber: Thales Group
Peningkatan kepemilikan jam tangan ini meningkat sebanyak 17,6% dibandingkan dengan tahun lalu. Ini menunjukkan, jika saat ini kesadaran terhadap penggunaan digital untuk pribadinya sangat tinggi.

Alasannya, jam tangan pintar saat ini mendukung penggunanya untuk memantau kondisi kesehatan personal. Tidak hanya sekadar sebagai jam tangan digital saja.

Jam tangan pintar mampu memberikan data yang komprehensif bagi penggunanya yang aktif berolahraga. Alat ini bisa memberitahu penggunanya untuk kapan harus istirahat ataupun harus beraktifitas.

Dari sisi device sudah terlihat, dua device ini yang mengalami peningkatan paling pesat ketimbang yang lain. 

Di sisi penggunaan internet, juga menunjukkan jika penggunaan internet didominasi peruntukkannya untuk personal.

Dalam data yang disajikan, alasan utama pengguna internet dunia saat ini mengakses internet didominasi untuk pencarian informasi. Pencarian informasi sangat diperlukan bagi warganet dunia.

Selain itu, alasan kedua, yaitu menjalin kedekatan dengan teman dan keluarga. Salah satu yang mendasari hal ini adalah pandemi yang membuat orang harus membatasi pelaku perjalanan.

Alasan ketiga penggunaan internet juga dikarenakan untuk terus up to date dengan berita dan events yang sedang terjadi saat ini. Ini wajar mengingat perkembangan dunia saat pandemi juga bergerak dinamis.

Ketiga alasan teratas warganet dunia mengakses internet ini memiliki satu kesamaan, yaitu semuanya memiliki manfaat untuk personal. Kebutuhan diri warganet dunia yang menjadi alasan akses internet.

Bahkan, website dan aplikasi yang sering digunakan oleh warganet dunia adalah chat dan perpesanan, serta social networks. Dua hal ini juga merupakan hal yang peruntukannya kepada sarana individu.Yang menarik adalah meski metaverse mungkin sedang mengalami 'hype', tapi hanya tiga negara di dunia yang memaksimalkan voice assistant, seperti siri dan alexa.

Tidak hanya itu, penggunaan terjemahan online dunia juga terbilang tinggi, sekitar 31,9% warganet dunia menggunakan online translate saat membuka internet.

Kebutuhan pribadi yang tetap terhubung meski beda negara dan beda bahasa, mendasari alasan terjemahan online ini cukup diminati oleh banyak negara. Indonesia menjadi peringkat kelima dalam penggunaan terjemahan online ini.

Malah video online sebagai sumber belajar saat ini cukup digemari oleh penduduk dunia. Sebanyak 46,8% pengguna internet, belajar menggunakan video online. Sebanyak 60,3% warganet Indonesia menggunakan video online sebagai 'guru' mereka.

Sayangnya, meski kesadaran penggunaan digital dan internet cukup tinggi, namun kesadaran melakukan pengecekan kesehatan secara online dunia terbilang masih rendah.

Rata-rata warganet dunia yang sadar pengecekan masalah kesehatan secara online hanya 26,9%. Cukup sedih, Indonesia hanya 20% alias di bawah rata-rata dunia.

Padahal, pengecekan permasalahan kesehatan secara digital sebagai personal use sangat bermanfaat, terlebih di saat pandemi seperti saat ini. Mungkin banyaknya hoax dan misinformasi menyebabkan kesadaran pengecekan masalah kesehatan kecil.

Kesimpulan hipotesis dari berbagai data di atas, semua data tersebut merupakan data digital yang peruntukannya sebagai personal use alias digunakan untuk mengukur penggunaan digital secara individu.

Bagi para pemerhati digital dan berbagai perusahaan yang menggunakan teknologi digital, sudah saatnya mengubah pola pikir untuk personal use konsumen.

Bukan lagi untuk konsumen secara global atau bahasa jawanya 'gebyah uyah' alias disamaratakan tiap individu sama. Sudah saat berpikir untuk P2P alias Person to Person.

Jika perusahaan mengabaikan hal ini, cepat atau lambat, akan tertinggal oleh perkembangan dunia digital. Kebutuhan masing-masing personal konsumen tentu berbeda.

Oleh karena itu, kita para generasi yang melek dengan dunia digital ini harus juga melakukan perubahan agar menemukan cara terbaik mengakomodir kebutuhan personal dengan cara yang mudah dan efektif.

Berbagai data yang disajikan oleh Data Digital 2022: Global Overview setidaknya memberikan gambaran dasar bagaimana teknologi dunia saat ini berubah. Kini saatnya metaverse dan serba personal.

Kini tergantung kita, mau berubah mengikuti perkembangan dunia digital, atau kitalah yang akan tertinggal oleh perkembangan. Setidaknya saat ini kita bisa memulai sesuatu sebelum ketinggalan jauh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun