Sedangkan artikel dengan pembaca terbanyak tidak memandang apakah itu artikel topik pilihan atau tidak.
Lah kalau sudah begitu, penulis seperti saya yang jarang nulis topil juga sedikit banyak turut berkontribusi menyumbang visitor untuk Kompasiana.
Lalu, apakah yang diperhitungkan lebih topik pilihan saja yang berkali-kali lipat? Apakah cukup adil ketika Kompasianer sama-sama  mempunyai viewer banyak tapi dapatnya beda hanya karena topil?
Ya saya tahu, saya hanya 'nunut' nulis di K. Ibarat tinggal di kos, yang punya rumah yang berkuasa atas peraturan rumahnya. Tapi setidaknya di K saya bisa menyampaikan uneg-uneg saya.
Saya berharap admin K bisa mempertimbangkan kembali terkait sistem penghitungan 'upah' ini. Jika tidak, ya saya bisa apa?
Saya sedikit teringat dengan salah satu mantan pimred media besar yang juga sempat nulis di Kompasiana.
Beliau menyampaikan, "Kompasiana seharusnya bisa menghargai jerih payah seseorang. Nulis banyak tapi dapatnya cuma seberapa".
Semoga uneg-uneg saya bisa terdengar oleh admin K dan bisa menggoyahkan hati K yang katanya para senior adalah hati yang keras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H