Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dampak Tragedi 11 September bagi Amerika dan Dunia setelah Dua Dekade, Baik atau Buruk?

12 September 2021   18:28 Diperbarui: 14 September 2021   05:46 6140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar pesawat Boeing 767 United Ailrines penerbangan 175 sesaat sebelum menabrak menara selatan gedung World Trade Center di New York, Minggu (11/9/2001). Sumber: Eyesonreport via Kompas.com

Dunia pernah gempar pada tahun 2001, usai The Twin Tower sebutan bagi Gedung WTC mengalami 'serangan' dan membuat perubahan besar bagi Amerika dan dunia.

Serangan itu ternyata sudah 20 tahun berlalu, tepat dua dekade. Kemarin, negeri Paman Sam itu mengadakan peringatan untuk mengenang tragedi itu.

Dilansir dari laman History, 20 tahun yang lalu, hari Selasa pukul 08.45 waktu setempat, American Airlines Boeing 767 menabrak menara utara World Trade Center di New York City.

Pesawat itu membuat lubang dan membuat gedung di dekat lantai 80 gedung pencakar langit itu terbakar. Gedung itu sendiri sebenarnya berlantai 110.

Sehingga, kejadian serangan pertama itu menjebak ratusan orang untuk berada di lantai yang lebih tinggi. Saat evakuasi itu, 18 menit setelah pesawat pertama menabrak, gedung kembarannya mendapatkan serangan.

Boeing 767 kedua United Airlines Penerbangan 175 muncul dari langit, berbelok tajam ke arah World Trade Center dan membelah menara selatan di dekat lantai 60.

Kejadian itu membuat dunia kaget, Amerika yang terkenal sebagai negara superpower terkena serangan begitu hebatnya. Kemudian, berita yang beredar adalah pesawat itu dibajak oleh teroris dari Arab Saudi dan beberapa negara "islam" lainnya.

Menurut laman History, beberapa teroris yang menyerang "The Twin Tower" itu sudah tinggal di Amerika selama lebih dari satu tahun dan telah mengambil pelajaran terbang di sekolah penerbangan komersial Amerika.

Foto series kejadian serangan Gedung WTC. Sumber : History
Foto series kejadian serangan Gedung WTC. Sumber : History

Dampak bagi Amerika

Di tengah ketakutan keamanan yang ditimbulkan oleh 9/11 dan pengiriman surat yang berisi antraks yang menewaskan dua orang dan menginfeksi 17 orang, Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri tahun 2002 membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri. 

UU itu ditandatangani Presiden Amerika saat itu, yaitu George W. Bush pada 25 November 2002. Di masa kini, Departemen Keamanan Dalam Negeri adalah kabinet yang bertanggung jawab untuk mencegah serangan teror, keamanan perbatasan, imigrasi dan bea cukai serta bantuan dan pencegahan bencana.

Dua hari pasca ditetapkan UU, Amerika kemudian membentuk Komisi Nasional Serangan Teroris terhadap Amerika Serikat. Dalam laporan komisi itu yang dirilis pada 22 Juli 2004, menyatakan jika Khalid Sheikh Mohammed adalah dalang di balik 9/11.

Tidak hanya itu, serangan itu berdampak secara langsung terhadap perekonomian AS. Banyak institusi Wall Street, termasuk New York Stock Exchange, dievakuasi selama serangan. 

Pada hari pertama perdagangan setelah serangan, pasar turun 7,1 persen, atau 684 poin. Ekonomi New York City saja kehilangan 143.000 pekerjaan sebulan dan upah $2,8 miliar dalam tiga bulan pertama. 

Itu adalah kerugian terberat adalah di bidang keuangan dan transportasi udara, yang mengakibatkan 60 persen orang-orang kehilangan pekerjaan. 

Perkiraan biaya kerusakan World Trade Center adalah $60 miliar. Biaya untuk membersihkan puing-puing di Ground Zero adalah $750 juta.

Serangan itu sendiri membuat sekitar 500.000 orang di NYC terpapar debu beracun dan bahan berbahaya. Sekitar 20.000 lebih diduga terkena kanker pasca 9/11. 

Gedung WTC saat tragedi 11 September 2001. Sumber: Reuters
Gedung WTC saat tragedi 11 September 2001. Sumber: Reuters

Sekitar 75% responden FDNY (petugas pemadam kebakaran New York) menderita penyakit jangka panjang. Semua itu belum termasuk, masalah kesehatan seperti PTSD, depresi, gangguan saluran napas dan muskuloskeletal.

Dampak bagi dunia

Tepat pada 11 September kemarin, menandai 20 tahun serangan "11 September" yang menewaskan 2.977 orang dan memicu apa yang disebut perang melawan teror.

Melalui akun twitternya, media AJ Plus menyampaikan data yang menarik perhatian terkait 20 tahun mengenang tragedi itu. Sejak serangan itu, 63.ooo orang mengalami penyakit terkait 9/11.

Sedangkan lebih dari 3.000 responden pertama kejadian itu meninggal akibat serangan itu. Seribu lebih jenazah korban serangan belum diidentifikasi.

Akibat kejadian yang mengerikan untuk AS itu, pemerintah AS menggunakan serangan itu untuk menginvansi negara lain, salah satunya Afghanistan.

Dalam invasi itu, ada beberapa "catatan hitam", seperti lebih dari 42.100 warga sipil telah terbunuh, lebih dari 3 juta warga Afghanistan mengungsi, dan kini Taliban telah merebut kembali kendali negara tersebut.

Tidak hanya itu, mantan Presiden Bush menggunakan apa yang disebut perang melawan teror setelah September 11 untuk membenarkan invasi ke Irak.

Di negara itu, Amerika juga memberikan "catatan hitam", seperti sekitar 200.000 warga sipil Irak tewas, pasukan militer AS dikabarkan melakukan pembunuhan massal dan penyiksaan.

Bahkan, 9 juta penduduk warga Irak masih mengungsi hingga sekarang.

Catatan lain usai dampak serangan itu ternyata masih panjang. Serangan itu juga digunakan oleh mantan presiden Bush untuk mengesahkan Patriot Act, sehingga memudahkan FBI untuk mengakses catatan telepon dan komputer.

Mendengar ini, mendadak teringat Edward Snowden, mata-mata Amerika yang tergabung dalam NSA itu sempat membongkar banyak hal terkait kegiatan "mata-mata" ini.

Tidak hanya "memata-matai" yang dianggap teroris, kegiatan ini juga menyasar masyarakat umum yang tidak berhubungan dengan kegiatan teroris. Bahkan di seluruh penjuru dunia.

Dalam tweet media AJ Plus, New York pasca 9/11, ada catatan hitam jika negara Amerika membenarkan pengawasan massal terhadap Muslim, mengumpulkan ribuan tanpa bukti kejahatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun