Tepat pada 11 September kemarin, menandai 20 tahun serangan "11 September" yang menewaskan 2.977 orang dan memicu apa yang disebut perang melawan teror.
Melalui akun twitternya, media AJ Plus menyampaikan data yang menarik perhatian terkait 20 tahun mengenang tragedi itu. Sejak serangan itu, 63.ooo orang mengalami penyakit terkait 9/11.
Sedangkan lebih dari 3.000 responden pertama kejadian itu meninggal akibat serangan itu. Seribu lebih jenazah korban serangan belum diidentifikasi.
Akibat kejadian yang mengerikan untuk AS itu, pemerintah AS menggunakan serangan itu untuk menginvansi negara lain, salah satunya Afghanistan.
Dalam invasi itu, ada beberapa "catatan hitam", seperti lebih dari 42.100 warga sipil telah terbunuh, lebih dari 3 juta warga Afghanistan mengungsi, dan kini Taliban telah merebut kembali kendali negara tersebut.
Today marks 20 years since the #September11 attacks killed 2,977 people and sparked the so-called war on terror.
Since then:
▪️ Over 63,000 people developed 9/11-related illnesses
▪️ Over 3,000 first responders died from them
▪️ Over 1,000 victims' remains not yet identified pic.twitter.com/WcGfxgXCNk— AJ+ (@ajplus) September 11, 2021
Tidak hanya itu, mantan Presiden Bush menggunakan apa yang disebut perang melawan teror setelah September 11 untuk membenarkan invasi ke Irak.
Di negara itu, Amerika juga memberikan "catatan hitam", seperti sekitar 200.000 warga sipil Irak tewas, pasukan militer AS dikabarkan melakukan pembunuhan massal dan penyiksaan.
Bahkan, 9 juta penduduk warga Irak masih mengungsi hingga sekarang.
I've never seen this angle before. Gutwrenching. #NeverForget #September11 #September11th pic.twitter.com/GTwPAHoAHY— Cameron Gray (@Cameron_Gray) September 12, 2021