Dikarenakan batu - batu besar telah disiapkan di atas lubang. Namun para pekerja tidak mampu menolak dan melakukan apa-apa, karena para centeng Staatsspoorwegen mengawasi mereka di setiap sudut
Bisa dibayangkan, pertunjukan malam Lengger tayub yang mustinya menyenangkan, terasa garing dan mencekam. Malam itu rembulan bersinar cukup terang, sekitar pukul 00:00 mendadak obor - obor dimatikan oleh para centeng.
Bahkan tangga menuju dasar fondasi turut diangkat naik, para pengrawit beserta penari merasa bingung dan seketika musik berhenti, “apa yang terjadi??” gumam mereka
Sebelum kebingungan mereka berakhir, ratusan batu sungai yang berukuran besar dilemparkan dari atas oleh para pekerja atas intimidasi para centeng, disusul dengan material bahan bangunan beserta batu coral yg digelontorkan dari atas melalui talang yang terbuat dari kayu.
Singkat cerita, akhirnya para pengrawit dan penari terkubur hidup - hidup di dasar fondasi jembatan kereta api sungai Serayu itu. Hingga hari ini, terutama pada malam Rabu Wage terkadang masih terdengar suara gamelan tayub dari arah jembatan sungai tersebut
Kata akun twitter Kisah Tanah Jawa, sebenarnya jika dilihat ke belakang terutama pada masa Mataram Kuno, sebenarnya tidak pernah ditemui penggunaan tumbal nyawa manusia yang dipergunakan pada setiap pembangunan candi ataupun bangunan lainnya
Oleh karena itu, ini menjadi menarik, bagaimana bisa asal usul tumbal proyek ini sendiri. Bahkan, hingga sekarang, ketika ada jalan baru, jembatan baru selalu saja ada cerita misteri di baliknya.
Malah sering ditemui obrolan kosong warga ketika melihat kecelakaan usai peresmian jembatan, selalu dikaitkan dengan tumbal jembatan dan sebagainya. Padahal, di era kekinian, ilmu tentang pembangunan gedung dan landmark sudah semakin maju
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H