Saya juga merupakan pribadi yang mampu mengukur kemampuan saya, sehingga saya juga bisa mengukur keahlian yang saya miliki pantasnya dibayar berapa.Â
Namun balik lagi, ini semua bukan perkara nominal. Hanya saja, sebagai karyawan akan sangat senang jika pekerjaan itu diapresiasi dalam bentuk lain, selain "Makasih Mas".
Dilemanya yang terjadi bukan hanya persoalan itu saja, jika menolak rangkap tugas, ya tentu saja nasib kita di perusahaan itu terancam. Mulai dari dianggap tidak loyal terhadap perusahaan hingga ancaman putus kontrak
Terlebih jika kita menjadi karyawan kontrak dan bukan karyawan tetap. Ya tentu saja posisi bargain kita menjadi serba salah. Ketika kita menerima ya otomatis kita akan menerima pekerjaan itu seterusnya. Namun jika menolak, nama kita hanya tinggal cerita saja di dalam perusahaan itu.Â
Bagi saya pribadi, jika selama rangkap tugas itu memiliki keuntungan buat pribadi, tentu akan sangat menarik untuk dilakukan. Keuntungan pribadi ini tidak melulu soal uang. Bisa jadi networking, ilmu, pengalaman dan berbagai hal lain yang lebih dari soal materi.
Jadi, jika selama kamu bisa manfaatkan rangkap tugas itu sebagai keuntungan buat pribadimu kenapa tidak. Siapa tahu, kamu mendapatkan kenalan ataupun ilmu yang bisa menunjang kamu untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Oleh karena itu, yang penting jangan keburu "sambat" atau mengeluh diberikan rangkap tugas, siapa tahu pula dibalik rangkap tugas itu ada sesuatu dibaliknya. Terpenting, lakukan itu dengan baik, semangat dan penuh hati.
Bagi orang Jawa seperti saya, kita mengenal frasa kalimat "Gusti Allah mboten sare" alias Tuhan tidak tidur. Pasti akan ada kebijaksanaan dari Tuhan untuk kita di masa depan.