Tuduhan statement rasisme yang dilontarkan Bu Risma di media beredar luar, baik di berita online ataupun media sosial. Sebagai Social Media Specialist, saya menemukan sebuah fenomena yang menarik.
Ternyata tidak semua netizen Indonesia menuduh rasisme atas statement Bu Risma, netizen Surabaya justru membela mantan Wali Kota Surabaya ini habis-habisan. Mereka menganggap orang-orang yang berseberangan sebagai orang yang lemah.
Bagi warga Surabaya yang sudah hampir 10 tahun bersama, sosok ibu satu ini sangat lekat dan dekat dengan orang-orang Surabaya. Gimana tidak, Surabaya bisa berubah dan punya banyak penghargaan karena sosok satu ini.
Seperti berbagai komentar di akun IG Asli Suroboyo, para netizen Surabaya itu sangat merindukan sosok ibu satu ini. Sebut saja akun bernama riowahyuda02, "pulangg buu, surabaya butuh ibu".
Bahkan, netizen bernama moch.indrajaya yang mengatakan, "Semenjak jadi menteri, Ibu selalu diteror netijen. sehat terus Buk". Ini menunjukkan kedekatan emosional yang begitu kuat antara netizen Surabaya dan netizen Indonesia pada umumnya.
Tidak hanya itu saja, akun bernama bogikananto juga sama. Menurutnya, semua pihak harus realistis. Saat dirimu bekerja di kota asal lalu dipindah ke daerah lain itu akan tidak enak, bukan berarti jelekkan Papua.
Tidak hanya sosok yang berprestasi saja, Bu Risma juga seorang yang punya tingkat "sosial" yang tinggi bagi banyak masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di Papua.
Perlu diingat, saat menjabat Wali Kota Surabaya, banyak mengirimkan bantuan bencana di Papua. Bahkan bantuan itu merupakan bantuan pertama yang sampai di lokasi bencana. Bahkan bantuan dari Pemerintah Pusat pun belum sampai.
Contohnya saja, saat Azmat mengalami gizi buruk. Saat itu, Surabaya yang pertama kali memberikan bantuan kepada saudara kita di sana. Bukan kabupaten kota atau pemerintah pusat, tapi Surabaya.
Surabaya mengirimkan 3 ton makanan bergizi buat anak - anak di Azmat sebagai bentuk bantuan agar gizi buruk di sana bisa berlalu. Bantuan itu langsung diterima oleh bupatinya sendiri.
Selain di Azmat, sebut saja Sentani saat terjadi musibah longsor. Bantuan bencana di wilayah Bovendigo, wilayah Teluk Wandama saat banjir bandang. Semua daerah-daerah itu mendapatkan perhatian dari Bu Risma.
Jika memang bantuan bencana ini dianggap bukan kemanusiaan, lantas bagaimana bisa Bu Risma mendapatkan panggilan sayang dari warga Papua di Surabaya sebagai "Mama Papua"?
Sebutan Mama Papua ini tidak serta merta gampang diberikan sembarangan. Toh, para mama - mama alias ibu - ibu dari Papua juga dilatih untuk bisa membuka lapangan kerja baru di tempat asalnya, Papua.
Mulai dilatih masak, jahit, bikin kue, bisnis dan banyak juga diberikan buat mama - mama papua itu. Harapannya, mereka bisa berusaha mengangkat derajatnya, anak dan keluarganya.
Semua itu perhatian yang diberikan oleh Surabaya atas perintah dari Bu Risma yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Surabaya. Pelatihan itu pun diberikan melalui program Pahlawan Ekonomi, bersama dengan para ibu - ibu asal Surabaya.
Di Surabaya sendiri, program Pahlawan Ekonomi era Bu Risma mampu mengangkat perekonomian para ibu rumah tangga. Bahkan ada UKM yang memiliki omzet hingga milyaran.
Harapannya, para mama Papua yang belajar di Pahlawan Ekonomi saat itu bisa mendapatkan pelajaran dan hasil yang sama dengan UKM yang sudah sukses mengikuti program tersebut.
Nah, kalau sudah begitu banyak kedekatan Bu Risma dan Papua, lantas kenapa baru rame sekarang? Apakah orang-orang yang meramaikan ini memang suka mencari sesuatu yang berbau sara?
Sedangkan selama ini, Bu Risma dan Papua berlangsung harmonis. Mereka seakan tak terpisah, utamanya anak - anak Papua dan Bu Risma "Mama Papua".
Apakah ini menunjukkan mental orang - orang di Surabaya sudah tangguh dan tidak akan termakan segala isu sara? Sedangkan di dunia maya senang sekali dengan hal - hal yang berbau polemik?
Sebelumnya, banyak tokoh yang memang berseberangan dengan Bu Risma mengungkapkan kekecewaan atas statement Bu Risma dan menuduh Bu Risma melakukan rasis, usai beredar video Bu Risma marah-marah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H