Bagaimana jika kamu berada di posisi rasul saat itu. Hal itu juga dirasakan oleh sahabat nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Saat beliau menyuapi wanita tua itu, beliau mendengar si nenek yang menghina nabi saat disuapi. Namun, ada yang berbeda.
Dilansir dari website resmi NU, Ketika Nabi wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq menggantikan dan meniru persis seperti apa yang dilakukan Nabi. Yakni menyuapi perempuan Yahudi itu.
“Begitu menyuapi, tangan Abu Bakar dipegang dan kemudian ditanya, kamu siapa? Kamu bukan yang kemarin,” ungkap Kiai Mustofa.
Abu Bakar menyanggah dengan mengatakan bahwa dirinya-lah yang biasa menyuapi. Tapi perempuan Yahudi itu menjadi ragu.
“Bukan, bukan. Yang kemarin enak, lembut. Tapi sekarang kasar. Siapa kamu? Kamu bukan yang kemarin,” kata perempuan Yahudi kepada Abu Bakar dikisahkan Kiai Mustofa.
Seketika itu, Abu Bakar menangis. Perempuan Yahudi itu menanyakan kenapa Abu Bakar menangis.
“Kenapa kamu menangis ketika aku tanya siapa kamu? Abu Bakar akhirnya mengaku. Kata Abu Bakar, betul saya bukanlah yang kemarin. Saya Abu Bakar, yang kemarin Muhammad. Muhammad nabi saya,” demikian Kiai Mustofa mendialogkan percakapan Abu Bakar dengan perempuan Yahudi.
Orang Yahudi itu, lanjut Kiai Mustofa, lalu menjerit sangat keras tanda menyesal dan kemudian bersyahadat, masuk Islam.
Hal itu mengajarkan banyak hal kepada saya. Meskipun terkadang saya diejek, diperolok bahkan dihina orang lain, saya tidak akan membalas. Saya mencoba meniru Rasulullah sebisa saya.
Seiring berjalannya waktu, saya lalu bertanya ke bapak saya, lalu siapa penerus Rasulullah. Pertanyaan absurb saya yang lain.
Bapak saya menjawab, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, tidak ada nabi lain setelahnya. Tapi beliau beritahu, jika ada khalifah setelahnya. Saya pun jadi penasaran.