Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Surabaya dan Covid, Dulu "Dibully" Sekarang "Dipuji"

16 Februari 2021   20:44 Diperbarui: 16 Februari 2021   20:55 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jepretan seorang peziarah di Makam Keputih, Surabaya. Sumber foto : AFP

Surabaya dan Covid, pernah jadi berita yang tidak pernah berhenti di berita, lokal maupun nasional. Termasuk media cetak, online dan elektronik. Semua membicarakan Surabaya jadi kota terbanyak pasien konfirmasi Covid19 saat itu.

Tidak, saya tidak akan membahas drama apa saja yang pernah terjadi di awal Covid. Drama - drama itu adalah masa lalu, sekarang waktunya untuk fokus kapan Covid ini selesai di Surabaya dan Indonesia.

Terlepas dari itu semua, ternyata banyak yang "sayang" dengan Surabaya. Termasuk ketika Surabaya mengalami peningkatan kasus konfirmasi. Banyak yang saat itu merasa Surabaya salah penanganan. 

Salah satu yang beri perhatian saat itu adalah kawan - kawan dari Kawal Covid. Mereka ingin memastikan Surabaya meningkatkan TLI, Tes Lacak dan Isolasi dalam penanganan Covid.

Hal itu akhirnya bisa dilakukan dengan baik oleh Surabaya usai mendapatkan banyak bantuan dari BNPB dan BIN. Alat laboratorium diberikan dengan jumlah fantastis dan dimanfaatkan dengan baik di Labkesda. Di sini swab pcr gratis, swab di puskesmas juga tersedia dan gratis bagi KTP Surabaya.

Peningkatan swab pcr ini sangat signifikan, bahkan sehari tembus 3.000 - 4.000 sample per hari. Tentu ini jumlah yang sangat banyak, jika dibandingkan dengan awal - awal Covid di Surabaya.

Di awal waktu itu, warga Surabaya jika ingin swab pcr harus menunggu antrian dulu. Bahkan menunggu antrian itu bisa sampai seminggu kemudian. Ini yang menyebabkan Surabaya sempat memburuk, ditambah penggunan rapid antibody yang ternyata diketahui tingkat akurasinya rendah.

Sekarang, warga Surabaya sangat mudah sekali jika ingin swab pcr. Jika memang merasa jadi kontak erat dan menjadi suspect, tinggal menghubungi puskesmas setempat untuk dilakukan swab pcr.

Tentu, harus ada bukti jika menjadi menjadi kontak erat. Tinggal sertakan bukti salah satu anggota keluargamu positif Covid19 dan juga Kartu Keluarga.

Lain halnya jika merasa menjadi suspect dengan gejala Covid, tinggal koordinasi dengan puskesmas. Nantinya puskesmas setempat akan cek kondisi pasien. Jika memang terindikasi Covid, pasien akan dilakukan swab pcr. Jika ternyata dalam pemeriksaan hasilnya dibutuhkan perawatan, pasien akan diberikan rujukan ke rumah sakit.

Sedangkan untuk pelaku perjalanan, usai melakukan perjalanan dari luar kota dan masuk ke Surabaya, warga ber-KTP Surabaya bisa swab gratis di Labkesda. Labkesda ini buka 24 jam/7 hari.

Nah, karena semakin mudahnya swab bagi suspek dan kontak erat, membuat rasio lacak di Surabaya meningkat. Semakin banyak kontak erat dan suspek yang dites, akan semakin baik.

Penanganan bagi pasien konfirm positif di Surabaya juga terbaik. Ketika tahu hasil positif, pasien lalu diajak isolasi mandiri di Asrama Haji, khusus untuk pasien ringan dan sedang. Sedangkan pasien berat, atau memiliki komorbid langsung dirujuk ke rumah sakit.

Bahkan di Surabaya terkenal dengan pasukan gabungan yang dikenal dengan Swab Hunter. Tugasnya, jika ternyata ada warga Surabaya yang melanggar prokes akan dilakukan swab secara gratis! Enak kan, kapan lagi enak - enak cangkruk lalu diswab gratis. He he he...

Hampir setahun berlalu, ikhtiar Surabaya untuk bisa tangani berbuah hasil. Surabaya membaik, bahkan terbaik. Ini bukan pendapat saya pribadi, ini pendapat dari Koordinator Data Kawal Covid19 Ronald Bessie.

Pendapat ini disampaikan usai melihat data Surabaya berdasarkan website resmi Pemkot Surabaya dan Pemprov Jatim. Katanya, usaha Surabaya ini seharusnya bisa direplikasi di Pemkab/Pemkot daerah lain.

Usaha yang dimaksud adalah tes masif, gampangnya masyarakat mendapatkan akses untuk swab pcr secara gratis, serta peningkatan tracing juga dilakukan secara cepat dan tepat.

Dengan mudah dan masifnya tes itulah, pasien dengan cepat bisa diberikan treatment yang tepat. Ini penting agar menekan laju angka kematian. Surabaya sudah lakukan ini dan hasilnya memang kelihatan.

Surabaya yang menjadi ibukota provinsi tentu berat menanggung beban tumpuan banyak daerah di sekitarnya. Namun, harapan kab/kota lain di sekitar Surabaya untuk bisa melakukan hal yang sama tentu sangat besar.

Karena Surabaya gak bisa sendiri. Penanganan secara tepat harus dilakukan bersama, karena virus ini sudah sangat "menjengkelkan", tidak terlihat secara kasat mata.

Koordinator Data Kawal Covid Ronald Bessie menyampaikan harapannya, agar tes Surabaya lebih dimasifkan lagi agar penyebaran virus ini bisa dicegah dan penanganan lebih cepat lagi. Pesan itu disampaikan agar tes yang sempat menurun itu bisa ditingkatkan lagi bahkan bisa lebih dari pencapaian kemarin.

Itulah Surabaya, dulu "dibully" sekarang "dipuji". Semoga ikhtiar Surabaya ini tidak putus dan bisa terus ditingkatkan lagi. Sebagai warga Surabaya, saya merasa sudah capek dengan kondisi akibat pandemi ini. Sudah merasa ingin seperti dulu lagi.

Tapi mungkin hal itu harus ditahan dulu. Meskipun sudah lama tidak liburan, tidak main di taman, tidak ajak anak ke pasar malam. Semoga cepat selesai pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun