Melihat postingan banyubening di twitter dengan username @puspaswarna yang viral di twitter tentu saya tertarik untuk ikut mengangkat hal ini. Tentu saja, meskipun sepele tapi ternyata hal yang ditweetkan oleh banyubening sungguh bermanfaat dan menjadi informasi yang berguna. Tentunya informasi ini pun juga mendapatkan apresiasi dari para netijen.
Seperti yang disampaikan oleh banyubening, di kondisi pandemi seperti sekarang, penggunaan masker tentu wajib bagi semua orang agar tidak tertular maupun menularkan. Namun kondisi berbeda ketika para saudara kita tuna rungu / tuli agar tetap bisa berkomunikasi, tentu ini akan menyulitkan mereka karena sudah terbiasa membaca gerak bibir kira.
Lalu, apa inovasinya agar mereka tidak ada masalah dalam berkomunikasi? Caranya sangat simple, yaitu dengan menempel stiker khusus yang menandakan bahwa pengguna stiker tersebut adalah saudara kita yang mengalami masalah pendengaran. Stiker bergambar telinga dengan memakai alat bantu pendengaran ini, sebenarnya sangat mudah dipahami. Mengingat, di era seperti sekarang, sudah banyak orang yang mengetahui bagaimana bentuk alat bantu pendengaran.
Dengan adanya stiker ini, jangan salah sangka jika kamu menyapa orang tersebut, tapi orang tersebut tidak bisa berkomunikasi dengan baik denganmu yang sedang memakai masker. Ini juga mengantisipasi kesalahpahaman saat berkomunikasi hingga berujung emosi.
Di tweet yang lain, banyubening menjelaskan jika ini merupakan bentuk sebuah campaign dari seorang dokter bernama dr. Joseph F William. Menurut dokter tersebut, stiker ini bisa didapatkan di YPAC terdekat.
"Tidak ada gunanya masker dengan logo ini diproduksi, kalau masih banyak yang tidak mengerti. Saudara2 kita kaum Tuna rungu akan terbantukan dengan sosialisasi ini.Terima kasih atas pengertian dan kerjasamanya.Tetap bersih, sehat dan bahagia, Aamiin.~dr. Joseph F William~"
Saya sebagai penulis ketika melihat postingan viral ini, tentu ingin membantu campaign ini agar bisa tersampaikan ke lebih banyak orang lagi. sehingga maksud dan tujuan kampanye mulia ini bisa tercapai dengan baik.
Dalam kolom balasan twitter banyubening, akun Pusat Alat Bantu Dengar @BetterHearingID juga membalas sesuatu yang berhubungan dengan postingan banyubening. Dalam tweetnya, akun tersebut menjelaskan dia memiliki inovasi lainnya yang serupa, yaitu masker yang bisa melihat gerak bibir.
Dengan masker transparan di bagian tengah tersebut, menurutnya bisa sangat membantu bagi tuna rungu / tuli dalam hal berkomunikasi lebih baik. Â Tentu ini dikarenakan gerak bibir kita bisa terbaca dengan baik tanpa ada penghalang.
Balik lagi ke postingan viral banyubening. Tentu saja banyak netijen yang merasa beruntung mengetahui hal ini, dengan begitu ketika bertemu dengan salah satu pengguna inovasi tersebut tidak akan terjadi miskomunikasi. Contohnya saja akun @Bigbangjoe yang menyampaikan jika hal ini bisa memberikan pengetahuan buat dirinya pribadi apalagi jika suatu saat bertemu dengan penggunanya.
"Terima kasih atas informasinya @puspaswarna. Paling tidak ini memberikan pengetahuan buat saya pribadi apalagi jika suatu saat bertemu dengan penggunanya."
Hal serupa juga disampaikan oleh akun @risriskaa, dia menyampaikan jika hal ini sangat berguna dan mengingatkan dia dengan pengalamannya bertemu dengan tuna rungu / tuli. Saat itu dia lupa sedang memakai masker sehingga orang yang ditemuinya tadi tidak mengerti ucapannya. Padahal dirinya mengeraskan suaranya dengan maksud orang tersebut bisa lebih jelas.
Ketika orang yang ditemuinya berkomunikasi melalui handphone, barulah dia paham jika orang yang ditemuinya merupakan teman tuna rungu / tuli. Dia pun merasa bersalah ketika orang tersebut pergi.
Jadi inget turun jaga ada yg tanya cara buat surat sehat, beliau berdua sdh bilang klo tuna rungu. bodonya aku lupa klo pake masker, ga aku lepas dulu, malah akunya bengok2. Akhirnya mas2 tsb ngasih hp buat aku ketik infonya. Abis mereka pergi aku baru ngeh dan merasa bersalahÂ
Nah semoga dengan berbagai cerita di atas, kita bisa bisa belajar sesuatu. Jangan judge sesuatu jika kamu tidak tahu bagaimana yang sebenarnya. Semoga tulisan ini juga bisa membantu mengedukasi dan menginspirasi banyak orang agar bisa tercipta inovasi lain bagi saudara kita.
Sebagai penutup, saya sebagai penulis teringat sebuah kalimat yang sangat saya hapal. Di tahun 2016, saya sempat menjadi volunteer bagi adek - adek berkebutuhan khusus. Mulai dari tuna rungu / tuli, autis, hingga down syndrome. Semua upaya dilakukan banyak pihak agar mereka tidak merasa berbeda dan merasa asing saat berkomunikasi ataupun saat berbaur di tengah masyarakat.
Lalu, kalimat apa yang paling saya ingat itu? "No one left behind!"
Satu kalimat yang seakan menampar muka, menyadarkan kita bahwa tidak boleh ada satupun yang tertinggal. Kita harus berjalan bersama beriringan. Jangan sampai merasa kamu di atas mereka yang memiliki kekurangan, apapun itu bentuknya. That's the point!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H