Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
Akhirnya, pemerintah secara resmi memutuskan untuk memberlakukan PSBB, di provinsi yang dinilai mampu untuk melakukannya, berdasarkan usulan dari provinsi yang bersangkutan. Pemprov DKI Jakarta memulai PSBB per tanggal 10 April 2020, dan terus diperpanjang per 2 minggu, dan hingga tulisan ini dibuat, belum dicabut. Keluar rumah dibatasi, protokol kesehatan diberlakukan (rajin cuci tangan dengan air dan sabun, selalu membawa hand sanitizer, selalu menggunakan masker, tidak saling meminjam peralatan sholat, peralatan makan, menjaga jarak, tidak berkerumun lebih dari 10 orang, dan lainnya).
Hikmah Dibalik Musibah
Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil dari kejadian ini, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Tampaknya, apapun yang akan terjadi, kita harus membiasakan diri hidup dengan standar yang baru, sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.
- Membiasakan hidup bersih, sebagaimana Rasul mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Rajin mencuci tangan, langsung mandi dan ganti baju jika masuk rumah sebelum menyentuh anak, dan menaruh baju di tempat cucian, tidak lagi menggantungnya untuk diulang dipakai kembali sebelum dicuci.
- Walau diam di rumah, namun sejatinya sifat kegotongroyongan dan empati kita sangat diuji. Kepedulian terhadap kehidupan tetangga dan orang lain di sekitar kita, terutama yang membutuhkan bantuan, sangat membutuhkan uluran kita yang diberi kelebihan dan kemampuan untuk membantu. Banyak orang yang kehidupannya menjadi semakin sulit karena kehilangan pekerjaan, menjadi ladang amal untuk pihak-pihak yang berlebih. Kita kenal juga ini dengan istilah Soliter untuk Solider.
- Berkurangnya polusi udara dimana-mana. Beberapa hari ini kita semua dapat melihat birunya langit sebagai akibat berkurangnya pengguna jalan yang kerap menimbulkan kemacetan. Waktu yang sangat pas juga untuk kita sekaligus memperingati Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April.
- Jika boleh menganalogikan, kondisi diam di rumah yang kita rasakan sekarang, mungkin demikian pula yang dulu dirasakan oleh Ibu Kartini, yang kebetulan kita peringati juga hari lahirnya setiap tanggal 21 April, walau dengan alasan yang jelas berbeda. Saat dipingit dulu, beliau tak boleh keluar rumah sama sekali hanya karena alasan gender, dan semua kegiatan dilakukan di dalam rumah.
- Memasuki bulan Ramadhan pada hari Jumat tanggal 24 April 2020 yang lalu, kita juga merasakan suasana yang berbeda, yang tak pernah kita rasakan sebelumnya. Bahkan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta Masjidil Aqsha di Palestina pun menutup masjid demi menyetop penyebaran virus. Kita dianjurkan untuk melaksanakan sholat tarawih berjamaah di rumah bersama keluarga. Sisi positifnya, kondisi ini “memaksa” membuat para pria di rumah berlatih menjadi imam sholat. Masya Allah. Semoga Allah mudahkan dan dapat menjadi inspirasi untuk menambah hafalan Qurannya. Aamiin Yaa Robbal Áalamiin.
- Termasuk dalam pelaksanaan PSBB, tidak diperkenankan mudik ataupun pulang kampung, demi mencegah penularan virus pada orang-orang tercinta yang akan dikunjungi, walau untuk ini banyak dilanggar oleh warga.
- Saat iedul fitri pun semua sholat di rumah masing-masing, sebagaimana sholat tarawih, diimami dan dikhatibi oleh anggota keluarga masing-masing. Barokallah, alhamdulillah, semoga menjadi ladang amal untuk kita semua. Aamiin ya Allah.
- Tradisi Halal Bi Halal (HBH), silaturahim dan saling berkunjung dalam suasana iedul fitri, yang hanya di Indonesia, berganti dengan HBH virtual menggunakan media zoom. Hal ini juga membuat kita semua “terpaksa” belajar IT dan berdampak positif membuat kita menjadi pandai dan tidak gagap teknologi.
Akhirul kalam…
Teriring doa tak putus untuk kita semua.
Semoga pandemi wabah CoVid 19 ini segera berlalu.
Semoga kita sehat selalu.
Semoga Allah SWT selalu melindungi kita.
Aamiin Yaa Robbal Áalamiin.
------------