Afrizal Arif Tuanku Mudo kemudian memberikan nasihat yang penuh makna. "Santri-santriku, hari ini kita memulai perjalanan baru dalam belajar kesetaraan. Penting bagi kita semua untuk mematuhi tata tertib dan aturan yang telah ditetapkan di pondok pesantren. Disiplin adalah kunci kesuksesan kita," ujarnya dengan bijak.
Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT mendengarkan dengan seksama, meresapi setiap kata yang diucapkan. Ia tahu bahwa pesan ini sangat penting untuk membangun karakter para santri.
Afrizal Arif Tuanku Mudo melanjutkan, "Ingatlah selalu untuk membayar iuran kesantrian tepat waktu. Iuran ini penting untuk kelangsungan operasional pondok pesantren kita. Namun, bagi yang mengalami kesulitan, jangan ragu untuk melapor dan bermusyawarah dengan guru-guru. Kami siap membantu mencari solusi terbaik."
Seorang santri mengangkat tangan, wajahnya tampak cemas. "Ustadz Afrizal Arif Tuanku Mudo, bagaimana jika ada yang benar-benar tidak mampu membayar iuran?"
Afrizal Arif Tuanku Mudo tersenyum lembut. "Jika ada yang tidak mampu, kami bisa memberikan keringanan atau pembebasan iuran. Tapi ingat, kalian harus tetap mengikuti pelajaran dan mematuhi aturan pondok."
Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT merasa bangga dengan sikap bijaksana Afrizal Arif Tuanku Mudo. Apel pagi diakhiri dengan doa bersama, memohon keberkahan dan kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar. Setelah itu, para santriwan dan santriwati bergegas memasuki kelas masing-masing. Suasana penuh semangat memenuhi udara, menandakan antusiasme para santri dalam mengikuti pelajaran kesetaraan.
Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT melangkah menuju ruang kelasnya dengan hati yang penuh kebanggaan. Sebagai guru Bahasa Inggris, ia merasa memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing para santri. Setiap hari, ia berusaha memberikan yang terbaik, tidak hanya dalam mengajarkan bahasa, tetapi juga dalam menanamkan nilai-nilai kebaikan dan disiplin.
Di dalam kelas, para santri sudah siap dengan buku dan alat tulis. Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd,C.CT memulai pelajaran dengan senyum hangat.
"Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita akan belajar tentang simple past tense. Siapa yang bisa memberi contoh kalimat?" tanyanya.
Seorang santri mengangkat tangan. "I went to the market yesterday, Ustadz."
"Bagus sekali! Ada lagi yang mau mencoba?" Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT mendorong para santri untuk berpartisipasi aktif.