Mohon tunggu...
Titin Widyawati
Titin Widyawati Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Kehidupan

Suka melamun dan mengarang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Riana

18 April 2024   23:57 Diperbarui: 18 April 2024   23:57 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Canel Televisi menyiarkan 2 Teroris yang berhasil digiring oleh polisi. Seorang pria dan seorang wanita. 

***

"Kau bisa mulai bekerja pekan besok,"

"Terima kasih, Pak. Saya akan bekerja dengan sungguh-sungguh." 

Wanita itu ke luar dari Perusahaan Jasa BUMN di Kota Dalam. Tangan munguilnya mengusap keningnya yang berlumuran dengan keringat. Tiga jam lebih ia diwawancarai, ditanya ini dan itu, beruntung ia berhasil lolos dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah dipikirkannya sebelumnya. Sebenarnya hal itu bukan masalah utamanya ia berkeringat dingir. Ratusan kali hatinya berdoa kepada Yesus, semoga mata orang yang ada di hadapannya tak mampu membedakan ijazah asli dan ijazah palsu. 

Karena merasa diteror oleh publik dan media masa, Riana memutuskan pindah alamat. Dipenjaranya Aland sebagai tersangka Teroris, membuat tetangga-tetangganya menatapnya dengan aura gelap. Alasanya klasik, sebab Riana adalah rekan dekat Aland. Menurut mereka, Aland dan Riana telah mencemarkan nama baik perumahan. Riana juga sempat kesal karena diinterogasi oleh beberapa polisi mengenai Aland. Ia nekad membeli ijazah S2 palsu dari jasa pembuatan ijazah gelap. 

Sayangnya Riana tak betah lama-lama mengabdikan dirinya dengan menjual jasanya. Ia sering mendapatkan masalah dan protes dari sana sini karena pelayanan yang kurang memuaskan. Rakyat ada yang tak tahu malu dan asal ceplos jika bicara. Sedikit yang mau memahami pekerjaan Riana, mereka tak pernah paham jika selama ini Riana telah berusaha keras. Sekeras apa pun ia berusaha, ia sering salah input data, apalagi jika sudah berhubungan dengan nominal. Riana mengeluarkan diri sebelum mendapatkan surat peringatan. Ia sadar, ijazah palsu tak mampu menjadikannya pintar di muka publik. 

Ia tak mungkin menganggur, tak ada sanak dan saudara, tak ada anak dan suami. Ia harus bekerja demi mengganjal perut dan membayar sewa tempat berteduhnya. Kota Dalam kurang cocok dan ia merasa bosan, ia pergi ke kampung pelosok. Mencari tempat tinggal seadanya dan bekerja menjadi buruh tani. Kulit Riana yang putih mulus, berubah hitam legam karena sering dipanggang panas matahari. 

Di kampung pelosok, Riana tak pernah menyebutkan identitas aslinya. Ia mengubah namanya menjadi Nana. Data pribadi dan masa lalunya yang kelam disembunyikan rapat-rapat. Ia sering dipanggil Nana dan mendapat julukan perawan tua. Sampai umurnya menginjak angka 35 tahun, Riana belum menikah. 

Bukan tersebab tidak ada yang tertarik padanya, beberapa lelaki pernah berusaha untuk melamarnya, sayang, Riana tidak tertarik dengan laki-laki. Di matanya, sedikit laki-laki baik. Pengalamannya menjadi pelacur membuat dirinya sering ditakuti bayang-bayang gelap mengenai perselingkuhan, ia khawatir jika pria yang menikahinya kelak akan berkhianat, maka ia memutuskan TIDAK MENIKAH. Tak peduli orang kampung mau berkata apa dan memberikan julukan apa untuknya, yang terpenting baginya ia bisa makan dan minum. 

Di kampung itu ia merasa sangat bersyukur karena bisa merasakan kedamaian dan anugerah hidup yang indah. Jika dibandingkan dengan ujian-ujian hidupnya ketika di panti, menjadi pelacur, musibah banjir bandang, maupun diprotes konsumen, semuanya tak ada bandingannya dengan ujian yang menimpa Kek Avan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun