Pandemi covid-19, wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona memberikan dampak yang luar biasa dalam segala unsur kehidupan manusia.Â
Tak satu pun negara bisa menghindarkan diri dari serangan wabah sehingga pemerintah dan masyarakat mau tak mau harus ikut berpikir dan berjuang. Untuk mencegah penularan, berbagai aktivitas signifikan yang memerlukan interaksi dikurangi, bahkan dihentikan.Â
Solusinya adalah usaha pengelolaan jarak jauh. Protokol kesehatan dan anjuran hidup bersih dan sehat digaungkan. Perubahan drastis ini berdampak luas kepada masyarakat apalagi keluarga, sebagai unit terkecil dari masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan survei yang dilakukan BKKBN, hampir 95% keluarga mengalami stres bertingkat akibat efek pandemi, yakni paranoid tertular Covid-19 dan tekanan ekonomi.Â
Hasil survei tersebut menunjukkan masyarakat yang sedih, cemas, sulit tidur, hilang nafsu makan, putus asa, hingga cenderung berpikiran bunuh diri. Hal ini memicu tekanan psikis karena letupan emosi yang mudah muncul antar individu.
Efek lain adalah lahirnya Syndrom tehno-cocoon di mana setiap individu dalam keluarga sibuk dengan perangkat teknologinya masing-masing meski berada dalam satu lingkup. Di sinilah, usaha ketahanan keluarga sebagai tameng dibutuhkan.
Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik keluarga dalam mengelola sumber daya fisik maupun non fisik dan masalah yang dihadapi untuk mencapai keluarga berkualitas, tangguh dan mandiri. Ketahanan ini mencakup: Ketahanan psikologis, ekonomi, sosial dan spiritual.Â
Seorang ibu adalah sosok terpenting dalam ketahanan keluarga apalagi di masa pandemi, karena ibulah yang akan memastikan semua anggota keluarganya merasa nyaman di rumah, baik dalam suasana maupun kebutuhan pangan.Â
Ibu dengan anak usia sekolah harus siap mendampingi pendidikan anak secara daring. Ibu telaten mengingatkan semua anggota keluarga tentang protokol kesehatan, atau memonitor penggunaan gadget.Â
Seorang ibu, dituntut untuk mengimplementasikan pola asuh baru ala pandemi yang kreatif, adaptif dan efektif.
Dengan bantuan OJEK SOMAD, seorang ibu akan menjembatani kelima ketahanan menjadi sebuah ketangguhan keluarga untuk bisa beradaptasi dan mengatasi permasalahan yang sedang terjadi di masa pandemi.Â
OJEK SOMAD bisa dijadikan pegangan bagi sosok ibu dalam sebuah keluarga, untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya. Penjabaran OJEK SOMAD Â adalah sebagai berikut:
Optimis sehat
Seorang ibu yang memiliki sikap optimis akan memiliki visi cerah untuk memandang kehidupan ke depan. Tetapi, optimis bukan berarti hanya berpikiran positif, tapi disertai  persiapan.Â
Seorang ibu selalu siaga sebagai petugas kesehatan nomor satu bagi keluarganya. Ibu wajib telaten mengingatkan pentingnya protokol kesehatan dan memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi.
Perlu sekali bagi ibu untuk mempersiapkan kebutuhan protokol kesehatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk berjaga-jaga, semacam masker, hand sanitizer dan paracetamol.Â
Bahkan ibu bisa kreatif untuk kembali ke alam untuk memperkuat imunitas, misalnya membuat jamu sendiri. di samping hemat, tentu saja ibu tidak perlu khawatir adanya sakarin atau tambahan lainnya.Â
Namun sebenarnya, kebahagiaan sebagai obat imunitas termahal itu bisa ditemukan dalam kasih sayang dan pelukan ibu. Sudahkan Anda memeluk anak dan suami ibu hari ini?
 Jaga Iman
Jiwa yang ikhlas dan tawakal adalah bekal utama dalam menghadapi semua masalah. Ikhlas bukan berarti menyerah, namun tetap bersyukur, husnuzan serta berikhtiar mencari solusi. Dan semua usaha wajib diikuti doa dan berserah diri kepada Tuhan bahwa semua kejadian berjalan di bawah kendali-Nya.
Seorang ibu yang bekerja, ikhlas ketika harus kembali pada keluarga.Seorang ibu rumah tangga penuh, ikhlas ketika tugasnya bertambah dalam masa pandemi. Keikhlasan akan membuat seorang ibu berjuang tanpa beban dan paksaan.Â
Waktu berkumpul yang lebih lama memungkinkan seorang ibu untuk mengajak anak-anak beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan, misalnya menjalankan salat berjamaah dan berpuasa sunah.
Empati.
Empati adalah sikap menempatkan diri pada posisi orang lain, sehingga bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain, sehingga dari kepekaan ini bisa muncul sebuah toleransi.Â
Seorang ibu yang tugasnya bertambah bisa jadi merasa bekerja di bawah tekanan, apalagi jika ada penurunan penghasilan keluarga di masa pandemi.
Terkadang seorang ibu akan menyalahkan suami sebagai pencari nafkah, terlebih jika suami dalam kondisi terkena PHK. Sudah seyogyanya sikap ini dihindari karena akan memperburuk suasana.
Tetaplah memberi dukungan kepada suami agar kenyamanan tetap terjaga. Begitu pula terhadap anak-anak, seorang ibu diharapkan bisa memahami keadaan anak yang kerepotan belajar dengan sistem daring. Kebosanan akan pembatasan sosial akan berpengaruh pada mental anak. Seorang ibu bertugas memberikan semangat dan pengayom bagi jiwa mereka.
Komunikasi
Komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan melahirkan keterbukaan yang menuju suatu membentuk suatu hubungan positif menuju kerja sama dalam menyelesaikan masalah.Â
Seorang ibu yang memiliki jalinan komunikasi dengan semua anggota keluarga akan terhindarkan dari kekhawatiran menanggung beban sendiri.Â
Ibu tidak harus menyimpan semua bebannya sendiri, semua harus terbuka diungkapkan agar tidak ada beban yang menimbulkan kegelisahan. Sehingga nantinya akan ada sikap saling membantu, melayani dan menghormati adalah bukti komunikasi yang baik. Â
Solusi-Edukasi Mandiri
Di masa pandemi, anak tetap harus sekolah tetapi harus menjalaninya tugasnya dari rumah. Ini mengakibatkan orang tua, khususnya ibu yang masih memiliki anak berusia dini, berperan sebagai guru dadakan dan solusi-edukasi mandiri. Anak usia dini yang sedang dalam proses tumbuh kembang, memerlukan proses belajar melalui aktivitas fisik, bukan virtual.Â
Penting sekali bagi seorang ibu untuk menemukan ide kreatif dalam mengajar melalui kegiatan fisik yang tak hanya menyenangkan namun sekaligus menambah bonding time yang akan menimbulkan karakter positif bagi anak.Â
Ada baiknya kalau ibu sering-sering browsing untuk mencari ide kegiatan yang menarik bagi anak. Contoh yang bisa dilakukan misalnya menjadikan dapur sebagai kelas untuk memperkenalkan rasa asin garam dan manis gula.Â
Menyediakan plastisin warna-warni untuk bermain bentuk dan kertas lipat untuk origami. Yang pasti peran ibu dalam pendampingan belajar di masa pandemi adalah menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman untuk belajar.
Manajemen emosi
Ibu wajib memiliki manajemen emosi, yaitu kemampuan untuk tetap calm down dalam setiap kondisi, bahkan dalam tertekan sekalipun. Karena jika emosi tidak ditata baik, akan muncul kepanikan bahkan keputusasaan. Nah, sosok ibu wajib untuk tenang. Kepanikan seorang ibu bisa menyebabkan kepanikan anggota keluarga yang lain. Manajemen emosi ini juga sangat penting ketika pendampingan belajar bagi anak-anak, karena emosi ibu akan mempengaruhi sikap ibu terhadap anak, dan akhirnya membuat anak tak nyaman.
Dompet hemat (ekonomi)
Dompet hemat adalah cara tepat seorang ibu keluarga untuk menegakkan ketahanan ekonomi. Prioritas pertama yang dipikirkan ibu adalah kebutuhan primer bidang pendidikan dan kesehatan. Untuk kebutuhan sekunder dan tersier sebisanya ditunda. Harus selalu mengingat bahwa pengeluaran hanya untuk kebutuhan bukan keinginan. Seorang ibu juga sebisanya memiliki ide untuk pengelolaan sumber daya seadanya agar situasi ekonomi keluarga tetap hidup. Waktu yang luang bisa digunakan untuk berwirausaha di rumah.
Ketika semua orang tetap tinggal di rumah semasa pandemi, ini merupakan peluang besar bagi ibu yang bisa masak atau membuat kue untuk dipasarkan melalui jaringan media sosial. Layanan antar bisa dilakukan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan. Jika tidak bisa memperoduksi sendiri bisa juga berdagang dengan memanfaatkan sistem dropship dari market place.
Ibu bisa juga menerapkan ketahanan pangan dengan memanfaatkan lahan sekitar dengan menanam tanaman sumber makanan sehari-hari misalnya sayuran yang cepat panen atau tanaman obat. Bukankah cara ini bisa menghemat anggaran belanja? Bisa pula memakai teknik hidroponik jika tidak memiliki cukup lahan. Selain hemat, juga bisa sebagai obat bosan keterbatasan sosial.
Tidak ada keluarga yang terlepas dari permasalahan dan dampak pandemi, namun semua masalah memiliki solusi. Tinggal kita sebagai manusia yang harus berusaha membangun jiwa tangguh, dan memiliki kepekaan untuk bersama bahu-membahu mencari solusi. Adalah tugas bersama untuk setiap anggota keluarga untuk bahu membahu dan memfokuskan diri untuk berjuang bersama menghadapi masa sulit. Ketahanan keluarga yang berpusat pada ibu yang melibatkan OJEK SOMAD adalah langkah tepat dan modal tangguh agar setiap keluarga memiliki daya tahan dan daya juang dalam menghadapi tantangan pandemi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H