Kamu adalah setangkai gandum yang berada di ladang gandum........
Setangkai gandum yang tak pernah berhenti bergoyang diterpa angin penasaran.........
Angin penasaran yang kerap mengundang amarah.........
Mungkin kamu lupa...........
Tidak selamanya gandum itu harus bergoyang.........
Satu saat gandum itu harus berdiri tegak menancapkan akarnya yang kokoh di ladang pengharapan...................
Ladang yang bisa membuatmu merasa ada dan merekah............
Bukan ladang yang hanya indah dan penuh bunga dengan aroma semerbak........
Karena aroma itu terkadang memabukkan.....
Satu hal yang pasti.......
Jangan terperosok ke dalam kebimbangan tak berkesudahan.........
Sepenggal puisi di atas teruntuk untuk salah seorang temanku di masa lalu. Puisi ini ku temukan di antara tumpukan email lama.
Lucu juga membaca buncahan perasaan kala itu, penuh dengan imajinasi dan impian.
Dia adalah temanku, dia yang pernah dekat, dia yang suka berpetualang.
Tidak bosan dia merangkai pesona cinta, dari satu bunga ke bunga lain.
Entah apa yang dicarinya…
Jika boleh ku deskripsikan, dia bukanlah sosok yang super, namun dia punya daya tarik kebaikan yang menggoda hawa…
Sederhana sebenarnya, sebagai wanita aku paham bagaimana wanita menilai cinta..
Wanita berpikir dengan hati, lebih tepatnya lebih mengutamakan perasaan dari pada logika.
Perasaannya mudah dibolak balik dengan sedikit sentuhan nyaman pada hatinya..
Sayangnya, kebaikan wanita dalam menilai hidup sering disalahgunakan..
Temanku yang lain, bisa jadi secuplik contoh laki-laki masa kini dengan kemapanan dan gaya hidup metroseksual
Dengan segudang pesonanya, dia menyentuh perasaan wanita dengan piawai
Tidak hanya seorang, namun beberapa orang...
Dia punya pemikiran bahwa hidup harus dinikmati untuk membuang kebosanan dalam suatu hubungan.
Terkesan tanpa beban menjalani gaya hidup semi playboy yang elegan terdidik.
Sikap manisnya yang berkelas dan tak tertolak berhasil mengaduk pikiran dan perasaan kaun hawa, ya karena kaum hawa menonjolkan perasaan daripada logika dalam bertindak.
Naif memang..
Temanku..
Ketika engkau bermain dengan perasaan wanita, engkau telah bermain dengan singa yang tidur...
Mereka bisa menjadi ancaman yang menakutkan jika engkau tidak berhenti menyakitinya...
Berapa banyak generasi yang terimbas dengan ulahmu, dengan nalurimu
Saranku kendalikan nalurimu, hargailah wanita sebagaimana engkau menghargai peradaban manusia
Karena wanita adalah kunci peradaban.
Dunia akan sehat dengan adanya wanita yang bahagia..
Save our future generation...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H