Pemerintah telah melakukan upaya dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19, diantaranya diberlakukannya berbagai imbauan terkait stay at home, sosial distancing, physical distancing, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), hingga pelarangan mudik.
Tentunya berbagai imbauan ini tak serta merta ditaati masyarakat mengingat banyak faktor yang menjadi kendala. Terlebih terkait masalah sosial ekonomi. Pemberlakuan PSBB pun hingga saat ini tak berjalan mulus bahkan kondisinya cenderung mengalami kemunduran meskipun sudah ada kompensasi yang diberikan pemerintah. Bantuan sosial yang dikucurkan ke warga masyarakat nyatanya tak mendukung 100% kebijakan PSBB.
Menjadi keprihatinan bersama manakala masyarakat akhirnya tak mengindahkan berbagai imbauan untuk menekan laju penyebaran wabah corona. Bahkan bisa diprediksikan jika hal ini dibiarkan maka kondisinya akan kembali ke bulan Maret lalu atau bisa jadi lebih parah dari kondisi sebelumnya.
Selain PSBB, larangan mudik pun kini menjadi problem tersendiri. Imbauan untuk tidak mudik ternyata mengalami banyak kendala di lapangan terlebih bagi mereka yang terdampak pemutusan hubungan kerja karena merasa tak mampu menopang biayai hidup di daerah perantauan.
Tentu bukan hal mudah untuk menahan mereka agar tak kembali ke kampung halaman mengingat beban hidup yang semakin meningkat sementara tak ada penghasilan yang bisa diandalkan. Alasannya tak lagi rindu sanak kerabat tapi lebih mendasar yakni kelangsungan hidup mereka selanjutnya.
Terkait larangan mudik selanjutnya lebih ditekankan pada mereka yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan secara tegas pemerintah memberlakukan sanksi kepada mereka yang melanggar larangan mudik. Tentu ada sebersit kecewa mengingat momen mudik sangat dinanti, apalagi jika kemudian tujuannya bertemu orang tua dan handai taulan. Tapi jika menengok lebih dalam alasan larangan tersebut, tentunya dapat dipahami bersama bahwa hal ini demi kebaikan semua pihak.
Justru karena kasih sayang kita pada keluarga, ada baiknya menahan diri untuk tidak mudik hingga kondisi pulih seperti sedia kala. Agar penyebaran wabah corona bisa diminimalisir dengan cara tidak mudik. Benar adanya, jika menahan diri untuk tidak mudik berarti kita sudah berkontribusi untuk memperlambat laju penyebaran virus corona.
Menanggapi larangan mudik ini ternyata menjadi angin segar bagi para musisi Indonesia untuk menggarapnya menjadi sebuah tembang yang sarat akan pesan moral. Dikemas dalam balutan syair-syair sederhana yang mengandung ajakan untuk tidak mudik. Siapa saja mereka?
1. Didi Kempot dalam tembang yang berjudul "Ojo Mudik"
Dengan iringan musik campur sari lagu ini berhasil menyedot banyak perhatian. Terlebih dibawakan dengan luwes oleh almarhum Didi Kempot, figur sederhana namun memiliki empati yang luar biasa kepada masyarakat terlebih yang terdampak Covid-19. Dibuktikan lewat konser amal dari rumah, program live untuk kemanusiaan bersama sobat ambyar orchestra berhasil meraup milyaran rupiah.
Dalam tembang Ojo Mudik, deretan syair dengan logat khas Bahasa Jawa berpadu dengan  bahasa Indonesia, lagu ini mudah dicerna maksudnya.
Berikut syairnya:
Mak bendhundhuk, mak pethungul
Aja cedhak-cedhak, awas aja padha ngumpul
Jaga jarak, cuci tangan pakai masker
Aja lali nyenyuwuno sing banter
Jaga jarak, cuci tangan pakai masker
Maju bareng nglawan corona ben klenger
Ning ngomah wae, di rumah saja
Bersama-sama ayo lawan corona
Ada pesan khusus yang disampaikan Didi Kempot dalam lagu ini yakni agar masyarakat jangan mudik dulu. Yang di rumah sudah memaklumi kondisi ini, semua demi kesehatan kita, keluarga, tetangga, dan masyarakat semuanya.
2. Radja Band dengan tembangnya "Jangan Mudik"
Pesan yang disampaikan cukup simpel dengan rangkaian kata-kata yang mudah akrab di telingan siapa saja yang mendengarnya.
Berikut syairnya:
Jangan dulu mudik lebaran
Tunggu sampai semua aman
Walau rindu kampung halaman
Bulan Ramadan...Di rumah aja
Jaga kebersihan
Jauhi keramaian
Reff. Â Â Â Jangan kemana-mana duu
        Jangan keluar rumah dulu
        Tahan dulu yang mudik
        Sabar yang pengen balik
        Di rumah aja
Bila kau sayang keluarga
Mari sama-sama menjaga
Anjuran pemerintah tuk selalu di rumah
Di rumah aja 3x
Dua tembang tersebut mengandung pesan agar masyarakat jangan mudik demi menjaga keselamatan. Tentu siapapun akan mudah memahami maksudnya tapi belum tentu tak semudah itu menjalankan pesan yang disampaikan. Bayangan keinginan untuk tidak mudik jelas berat bagi mereka yang secara ekonomi jauh dari kata cukup.
Pemberlakuan PSBP serta merta mengurangi pendapatan mereka. Kan ada Bansos? Iya betul. Tapi apakah cukup hanya dengan mengandalkan itu saja sementara kebutuhan yang lain tetap harus dipenuhi. Â Tentunya akan lebih bijak jika pemberlakuan kebijakan dilengkapi dengan paket solusinya. Sehingga masyarakat tidak setengah hati menjalankannya. Â
Artikel ini menjawab tantangan event Kompasiana Satu Hari Bercerita Samber 2020 Hari 25 dan Samber THR dengan mengusung tema Jangan Mudik
Yogyakarta, 21 Mei 2020
Titik Nur Farikhah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H