Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Dua Tembang Unik, Pesankan "Jangan Mudik"

21 Mei 2020   23:05 Diperbarui: 21 Mei 2020   23:10 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi:BeritaSatu.com

Pemerintah telah melakukan upaya dalam rangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19, diantaranya diberlakukannya berbagai imbauan terkait stay at home, sosial distancing, physical distancing, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), hingga pelarangan mudik.

Tentunya berbagai imbauan ini tak serta merta ditaati masyarakat mengingat banyak faktor yang menjadi kendala. Terlebih terkait masalah sosial ekonomi. Pemberlakuan PSBB pun hingga saat ini tak berjalan mulus bahkan kondisinya cenderung mengalami kemunduran meskipun sudah ada kompensasi yang diberikan pemerintah. Bantuan sosial yang dikucurkan ke warga masyarakat nyatanya tak mendukung 100% kebijakan PSBB.

Menjadi keprihatinan bersama manakala masyarakat akhirnya tak mengindahkan berbagai imbauan untuk menekan laju penyebaran wabah corona. Bahkan bisa diprediksikan jika hal ini dibiarkan maka kondisinya akan kembali ke bulan Maret lalu atau bisa jadi lebih parah dari kondisi sebelumnya.

Selain PSBB, larangan mudik pun kini menjadi problem tersendiri. Imbauan untuk tidak mudik ternyata mengalami banyak kendala di lapangan terlebih bagi mereka yang terdampak pemutusan hubungan kerja karena merasa tak mampu menopang biayai hidup di daerah perantauan.

Tentu bukan hal mudah untuk menahan mereka agar tak kembali ke kampung halaman mengingat beban hidup yang semakin meningkat sementara tak ada penghasilan yang bisa diandalkan. Alasannya tak lagi rindu sanak kerabat tapi lebih mendasar yakni kelangsungan hidup mereka selanjutnya.

Terkait larangan mudik selanjutnya lebih ditekankan pada mereka yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN). Bahkan secara tegas pemerintah memberlakukan sanksi kepada mereka yang melanggar larangan mudik. Tentu ada sebersit kecewa mengingat momen mudik sangat dinanti, apalagi jika kemudian tujuannya bertemu orang tua dan handai taulan. Tapi jika menengok lebih dalam alasan larangan tersebut, tentunya dapat dipahami bersama bahwa hal ini demi kebaikan semua pihak.

Justru karena kasih sayang kita pada keluarga, ada baiknya menahan diri untuk tidak mudik hingga kondisi pulih seperti sedia kala. Agar penyebaran wabah corona bisa diminimalisir dengan cara tidak mudik. Benar adanya, jika menahan diri untuk tidak mudik berarti kita sudah berkontribusi untuk memperlambat laju penyebaran virus corona.

Menanggapi larangan mudik ini ternyata menjadi angin segar bagi para musisi Indonesia untuk menggarapnya menjadi sebuah tembang yang sarat akan pesan moral. Dikemas dalam balutan syair-syair sederhana yang mengandung ajakan untuk tidak mudik. Siapa saja mereka?

1. Didi Kempot dalam tembang yang berjudul "Ojo Mudik"

Dengan iringan musik campur sari lagu ini berhasil menyedot banyak perhatian. Terlebih dibawakan dengan luwes oleh almarhum Didi Kempot, figur sederhana namun memiliki empati yang luar biasa kepada masyarakat terlebih yang terdampak Covid-19. Dibuktikan lewat konser amal dari rumah, program live untuk kemanusiaan bersama sobat ambyar orchestra berhasil meraup milyaran rupiah.

Dalam tembang Ojo Mudik, deretan syair dengan logat khas Bahasa Jawa berpadu dengan  bahasa Indonesia, lagu ini mudah dicerna maksudnya.


Berikut syairnya:

Mak bendhundhuk, mak pethungul

Aja cedhak-cedhak, awas aja padha ngumpul

Jaga jarak, cuci tangan pakai masker

Aja lali nyenyuwuno sing banter

Jaga jarak, cuci tangan pakai masker

Maju bareng nglawan corona ben klenger

Ning ngomah wae, di rumah saja

Bersama-sama ayo lawan corona

Ada pesan khusus yang disampaikan Didi Kempot dalam lagu ini yakni agar masyarakat jangan mudik dulu. Yang di rumah sudah memaklumi kondisi ini, semua demi kesehatan kita, keluarga, tetangga, dan masyarakat semuanya.

2. Radja Band dengan tembangnya "Jangan Mudik"

Pesan yang disampaikan cukup simpel dengan rangkaian kata-kata yang mudah akrab di telingan siapa saja yang mendengarnya.


Berikut syairnya:

Jangan dulu mudik lebaran

Tunggu sampai semua aman

Walau rindu kampung halaman

Bulan Ramadan...Di rumah aja

Jaga kebersihan

Jauhi keramaian

Reff.      Jangan kemana-mana duu

                Jangan keluar rumah dulu

                Tahan dulu yang mudik

                Sabar yang pengen balik

                Di rumah aja

Bila kau sayang keluarga

Mari sama-sama menjaga

Anjuran pemerintah tuk selalu di rumah

Di rumah aja 3x

Dua tembang tersebut mengandung pesan agar masyarakat jangan mudik demi menjaga keselamatan. Tentu siapapun akan mudah memahami maksudnya tapi belum tentu tak semudah itu menjalankan pesan yang disampaikan. Bayangan keinginan untuk tidak mudik jelas berat bagi mereka yang secara ekonomi jauh dari kata cukup.

Pemberlakuan PSBP serta merta mengurangi pendapatan mereka. Kan ada Bansos? Iya betul. Tapi apakah cukup hanya dengan mengandalkan itu saja sementara kebutuhan yang lain tetap harus dipenuhi.  Tentunya akan lebih bijak jika pemberlakuan kebijakan dilengkapi dengan paket solusinya. Sehingga masyarakat tidak setengah hati menjalankannya.  

Artikel ini menjawab tantangan event Kompasiana Satu Hari Bercerita Samber 2020 Hari 25 dan Samber THR dengan mengusung tema Jangan Mudik

Yogyakarta, 21 Mei 2020

Titik Nur Farikhah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun