Dalam kondisi saat ini, Ramadan memang terasa berat. Terlebih sejak dua bulan lalu, kita sudah dihadapkan pada suasana yang tidak menentu akibat wabah corona. Tentu bukan hal yang mudah bagi kita untuk terus berdiam diri di rumah, melakukan semua aktivitas hanya di rumah saja. Bukan tidak mungkin rasa jenuh, suntuk, bosan mulai menghinggapi. Bisa jadi karena kodrat kita sebagai makhluk sosial tidak tertunaikan.
Kondisi semacam ini secara tidak langsung akan berpengaruh pada psikis kita. Terkadang merasakan kepala pusing, perut mual, badan meriang, dan keluhan-keluhan ringan lainnya. Tidak bisa dipungkiri kerja otak kita terbebani dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Maraknya pemberitaan tentang wabah corona yang semakin mencekam dan tak kunjung usai terkadang menimbulkan kecemasan dan kesedihan. Jika hal ini dibiarkan tanpa kita berupaya untuk menangkalnya akan berakibat fatal pada mental kita yang bisa jadi lambat laun akan menggerogoti jiwa dan raga kita.
Lalu apa yang harus kita lakukan agar tubuh kita tetap prima, tampak selalu bugar meskipun sebetulnya dalam kondisi sedang tidak baik. Ada dua jenis manusia yang kita kenal, yakni suka mengeluh dalam kondisi apapun dan satunya lagi pantang mengeluh meskipun dalam kondisi tak berdaya. Menurut Anda, manakah yang lebih baik?
Dalam konteks ini pasti kita lebih suka orang yang pantang mengeluh karena ini menunjukkan ketegaran. Meskipun kondisinya sedang dalam keadaan sakit. Namun kali ini dalam program samber 2020 hari 2 & sambar THR tema yang dibahas tentang bagaimana mengatasi sakit ringan supaya ibadah tetap bisa jalan. Artinya, dalam konsep sejalan dengan kriteria kedua.
Kembali lagi bahwa parameter sehat sebetulnya tidak hanya secara fisik namun lebih secara mental. Bagaimana psikis mampu menyetir tubuh agar tetap kuat. Hal ini penting karena otak mengendalikan kerja seluruh organ tubuh termasuk tangan dan kaki.
Ibadah di Bulan Ramadan
Berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya dimana bulan Ramadan umat Islam dituntut untuk melaksanakan ibadah puasa wajib, salat sunnat tarawih, dan tadarus. Tentu ritual ibadah yang lebih intens ini membutuhkan fisik yang prima. Wajar jika Allah kemudian melipatgandakan pahala ibadah di bulan suci Ramadan. Tak terkecuali Ramadan tahun ini.
Ujian yang Allah berikan pada Ramadan saat ini adalah untuk semua manusia termasuk umat muslim di dunia yang hingga kini masih belum ada tanda-tanda kapan akan berakhir bahkan diperkirakan semakin panjang waktu penyelesaianya. Mengingat kesadaran manusia untuk saling menjaga diri dari hal-hal pemicu merebaknya wabah masih sangat minim. Mereka lebih suka memikirkan diri sendiri bukan memikirkan orang lain.
Hingga imbauan untuk tetap di rumah (stay at home), social distancing atau PSBB nyata-nyata dilanggar dengan alasan pribadi. Padahal mereka hanya di suruh untuk tetap tinggal di rumah agar wabah ini cepat selesai sehingga mereka yang ada di garda depan dapat berkumpul kembali bersama keluarga tercinta.
Kondisi seperti inilah yang secara tidak langsung berpengaruh pada beban mental seseorang yang berimbas pada fisik. Tentu tak boleh dibiarkan, fisik menjadi korban dari mental yang mulai down. Untuk menjaga stamina agar tetap prima meskipun dalam kondisi puasa tentu tidaklah mudah namun harus diupayakan.
Satu hal yang terpenting adalah selalu menyinari hati dengan rutin melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran dengan memahami artinya disamping selalu semeleh, mengikhlaskan diri dengan menerima keadaan dan tetap dalam kesabaran. Bagi kaum muslim tentu segala hal yang ditakdirkan Allah adalah baik baginya. Jika diberi kesenangan, ia bersyukur dan jika diberi kesedihan ia bersabar. Jika kedua hal ini mampu dijalani nisacaya beban pikiranpun akan terasa ringan dan tubuh selalu dalam kondisi sehat.
Termaktub dalam sabda Rasulullah Shallallahu “alaihi wa sallam :
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.”
Selain hal di atas, berpikir positif (positive thinking) akan menyalurkan energi positif baik bagi diri sendiri maupun bagi sekeliling. Auranya akan tampak bersinar begitu pula tubuhnya akan menyokong secara prima. Perasaan was-was, khawatir, kecewa serta merta akan hilang. Yang tersisa hanya tubuh yang bersemangat dan pantang menyerah dengan keadaan.
Letupan perasaan damai, bahagia, ikhlas menerima kehendak Allah dengan lapang dada akan menyehatkan tubuh yang sedikit terasa sakit. Penting bagi kita untuk selalu menghadirkan kebahagiaan dalam diri melalui pola pikir yang kita cipta. Karena secara langsung akan berpengaruh kepada fisik yang saat ini sedang memiliki tugas berat yakni menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan. Harapannya Ramadan tahun ini dapat memaksimalkan ibadah meskipun hanya di rumah saja.
Semoga Bermanfaat
* Titik Nur Farikhah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI