Dalam kacamata psikologi pun, usia 25 tahun pernikahan merupakan fase krisis terakhir. Mereka yang berhasil mencapai pada fase ini akan menyadari bahwa satu-satunya yang mereka butuhkan saat ini adalah kehadiran pasangan sebagai teman hidup di masa tua.
Kembali ke "Family Room", saya masih bertanya-tanya sebenarnya pesan apa yang ingin disampaikan melalui film ini. Ternyata jawabannya ada di akhir cerita.Â
Benang merah keketusan sikap Ibu, serta perbedaan prinsip yang dimaksud Bapak sehingga perayaan 25 tahun usia pernikahan justru merupakan akhir dari perjalanan kisah cinta mereka baru terlihat ketika muncul tulisan di akhir cerita. Tanpa adanya tulisan ini saya pasti akan terus menebak-nebak apa penyebab sehingga Ibu keukeh memutuskan untuk berpisah.Â
Sebagai wanita saya paham kenapa si Ibu akhirnya mengambil keputusan ini.Â
Sebuah pesan tersirat juga dapat saya tangkap dari beberapa percakapan Ibu dan Bapak melalui kata-kata berjamaah, waktu yang tidak terasa ketika azan berkumandang, serta secara prinsip agama membolehkan.Â
Tapi saya bingung kenapa judulnya family room? Kalau diindonesiakan artinya kan ruang keluarga. Ruang keluarga itu kan sama dengan living room? Sementara dari aktivitas, film ini lebih banyak dilakukan di ruang makan atau dining room. He..he.. terserahlah apa judulnya.Â
"Living Room" bisa ditonton di MAXstream secara gratis sejak tahun lalu dengan kata kunci "30 film pendek."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H