Bagi orang seperti saya, mengingat sebuah peristiwa jauh lebih mudah daripada mengingat nama. Karena itu, ketika melintasi sebuah daerah yang teringat adalah kenangannya.Â
Seperti saat melintasi Jalan Trikora Banjarbaru dan melewati sebuah masjid bernuansa hijau yang berdiri berdampingan dengan sebuah menara. Masjid Agung Al Munawarah namanya. Luas bangunannya 2500 meter persegi dan didisain tanpa ada tiang penyangga di dalamnya.
Ketika berbicara tentang masjid yang diresmikan pada tanggal 1 Juli 2010 ini maka yang terlintas di benak saya adalah banyaknya kegiatan yang pernah dilaksanakan di tempat ini, di luar salat lima waktu tentunya.
Sebut saja Tablig Akbar, penyambutan jamaah haji, salat hajat dalam rangka Hari Jadi Kota Banjarbaru, salat gerhana, PHBI, dll.Â
Hal lain yang mengingatkan saya tenang masjid ini adalah RTH yang berada tepat di sebelahnya. RTH ini diresmikan pada tahun 2018 dan mengusung konsep Islami. Pemerintah Kota Banjarbaru juga menempatkan beberapa pohon kurma di RTH ini.
Di RTH ini, saya pernah menyuapi si kecil sebelum berangkat sekolah. Mengingat makannya yang agak lambat dan si Kakak yang takut terlambat, maka si kecil baru makan setelah kakaknya diantar sekolah.
Hal lain yang juga membangkitkan ingatan saya ketika melintas di Jalan Panglima Batur Banjarbaru adalah sebuah masjid megah dengan kubah yang bernuansa ungu.Â
Masjid ini bernama Masjid Kanzul Khairat. Berdiri pada tahun 1973 berupa langgar. Pembangunan masjid mulai dilakukan pada tanggal 17 Juli 1980.
 Tepat di sebelah masjid ini berdiri sebuah PAUD dengan nama yang sama. Anak saya salah satu alumnusnya.
Saya sedih melihat masjid ini sekarang karena dikelilingi police line. Beredar kabar kalau penyebabnya karena ada warga yang positif Covid-19 dan 6 hari berturut-turut salat di sana. Â
Belakangan melalui akun facebook Masajid Wattalim Mubarak diketahui berita tersebut adalah hoak.
Masjid yang juga membangkitkan kenangan setiap melintasinya adalah Masjid Nurul Iman yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Km 33 Banjarbaru, tepat di simpang tiga traffic light.Â
Yang teringat dari masjid ini adalah kisah seorang loper koran yang dulu pernah menjadi jamaah masjid ini. Namanya Abdurrahman tapi sering dipanggil Daeng.
Setiap hari beliau mangkal di traffic light km 33 Banjarbaru. Beliau sempat lama tidak terlihat. Melalui akun facebook salah seorang teman didapatkan info dari kalau beliau kecelakaan. Tulangnya patah dan terindikasi lukanya terkena tetanus.
Berbagai relawan membantu mengumpulkan dana untuk pengobatan beliau. Qadarullah, Allah lebih sayang. 24 Juni 2019 beliau meninggal.
Yang membuat terharu adalah walaupun tinggal sebatangkara di Banjarbaru, tetapi saat meninggal yang mengantar banyak sekali. Dalam salah satu postingan seseorang bahkan bersaksi bahwa beliau tidak pernah meninggalkan salat 5 waktu di masjid ini.
Masya Allah. Bagaimana dengan kita?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H