Mohon tunggu...
Titi Ariswati
Titi Ariswati Mohon Tunggu... Penulis - Puisititi untuk sahabat sejati

Jemari menari tebar asa suci menuju mulia hati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gurihnya Rasa Burung Dara Goreng

18 Juni 2023   07:44 Diperbarui: 18 Juni 2023   07:46 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Perlengkapan untuk memandikan jenazah, mengkafani dan sekaligus dengan petugasnya datang tepat waktu. Meski di kota besar, Jakarta, Ibu Kota Negara kesatuan Republik Indonesia, yang terbiasa sibuk dan macet, pelayanan terhadap warga yang berkabung sungguh baik.

Perjalanan dari rumah duka menuju masjid cukup lancar. Begitu juga ke pemakaman di daerah Cipayung, tidak ada hambatan. Liang lahat pun sudah disiapkan oleh petugas. Area pemakaman cukup asri, tidak menyeramkan.

Kembali ke kediaman Bu Dhe,  depan rumah, di luar pagar halaman adalah trotoar yang bersih tidak ada pedagang kaki lima. Nyaman untuk duduk di teras, memandang kesibukan lalu lalang kendaraan di jalan raya.

Itulah Jakarta saat terakhir kali aku datang, bulan September 2022 yang dapat aku lihat di lingkup kecil.

Tidak banyak kenangan tentang Jakarta setelah usia dewasa. Kunjungan ke Jakarta hanya jika ada undangan. Baik itu undangan hajatan keluarga maupun undangan kedinasan.

Undangan ke kantor pusat di jalan Gatot Subroto, aku hadiri saat sebelum musibah covid. Bersama teman-teman, selesai acara, sambil menunggu jadwal kereta, kami pergi naik taksi. Aku ingin sekali melihat jalan Cendana, yang terkenal sebagai tempat kediaman keluarga  Presiden Suharto. Taksi melewati bangunan yang dijaga oleh satuan pengamanan. Bangunan itu mafuh asli,  sederhana belum direnofasi menyesuaikan model rumah masa kini. Aku meminta taksi berbalik lagi melewati rumah keluarga Cendana. Seorang teman yang asli Jakarta tertawa-tawa melihat kelakuanku. Setelah puas di jalan Cendana, aku minta ke Monas. Maklum, belum pernah. Sepanjang lorong menuju monumen, kami berfoto-foto.

Monumen belum dibuka, aku belum bisa masuk ruangan. Setelah solat magrib di bagian bawah monumen, barulah ruangan dibuka oleh petugas.
Setelah melewati ruang musim sejarah, aku masuk ke ruang kemerdekaan.  Aku duduk menghadap pintu untuk melihat ke bagian dalam, di mana suara Sang Proklamator, Bapak Ir.  Soekarno terdengar membacakan Teks proklamasi.

Selanjutnya aku dan teman-teman naik lift menuju puncak Monas, dimana  api kemerdekaan berada. Di  pelataran cawan, melihat keindahan kota Jakarta di malam hari. Masjid Istiqlal terlihat jelas berdiri megah.
Monumen nasional kebanggaan kita, harus dirawat dan dijaga. Bersyukur aku dapat mengunjunginya dengan pulang membawa hati bangga.

Itulah perjalanan  berkesan yang tidak akan terulang, mengingat setelah itu suasana covid selama dua tahun  tidak mendukung untuk tugas luar, ke ibu kota maupun kunjungan ke Saudara.

Selamat ulang tahun Jakarta ke 496 pada tanggal 22 Juni 2023. Semoga semua elemen masyarakat maupun pemerintahan guyub rukun. Suasana tetap aman tenteram, bertambah usia semakin jaya. Menyambut perhelatan akbar di 2024 dengan semangat persaudaraan, menjadi lebih baik lagi.

Baldatun toyyibatun warobbun ghofuur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun