Mohon tunggu...
Titi Ariswati
Titi Ariswati Mohon Tunggu... Penulis - Puisititi untuk sahabat sejati

Jemari menari tebar asa suci menuju mulia hati

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gurihnya Rasa Burung Dara Goreng

18 Juni 2023   07:44 Diperbarui: 18 Juni 2023   07:46 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gurihnya  Rasa Burung Dara Goreng

Kenangan indah masa kecil di Jakarta membuat bahagia. Di Rawamangun, tepatnya di jalan PUs Barat, Perumahan Perhubungan Laut, kediaman Bu Dhe, yang nyaman.

Jika libur sekolah tiba, aku ikut bapak ke Jakarta, naik truk yang dikemudikan Bapak. Truk mengangkut beras dari Pasar Wage, Purwokerto di malam hari. Aku duduk di depan, di samping Bapak, diapit ibu, di sebelah kiri.
Sebelum bongkar muatan, bapak menurunkan aku dan Ibu di rumah Bu Dhe.

Di siang hari Bu Dhe mengajakku ke kantornya, Dinas Sosial naik bis. Bangunan yang tinggi, kuno dan besar, sayang lupa di daerah mana. Sebelum ke kantor, Bu Dhe mampir ke toko kue, membeli kue untuk teman-teman di kantor.
Aku berdua putri Bu Dhe, Mbak Rina, usianya lebih muda dariku, disambut meriah oleh teman-teman Bu Dhe. Mbak Rina, yang bermata jeli, berambut panjang, menjadi pusat perhatian.

Di hari libur, Bu Dhe mengajakku ke pasar Rawamangun. Senang sekali melihat pasar di kota besar. Bu Dhe mengajakku makan bakso di kios  dalam pasar.

Di malam hari, aku dan saudara sebaya, nengendap-endap keluar rumah, menuju terminal Rawamangun. Di sana ada penjual burung dara goreng.  Wajan untuk menggoreng sangat besar, tidak seperti umumnya di kotaku yang biasa digunakan menggoreng mendoan.  Kami membelinya dan makan diam-diam di depan rumah. Enak sekali rasa burung dara goreng, gurih.

Pengalaman menegangkan aku rasakan, ketika naik Kopaja sendirian. Maklum anak kecil, disuruh mengambil sesuatu yang ketinggalan di rumah. Saat itu aku pergi naik bis kopaja bersama saudara yang usianya lebih tua, ke tukang servis radio. Sesampainya di tukang servis, ada sesuatu yang tertinggal dan harus diambil. Maka aku pulang ke rumah Bu Dhe mengambil barang dan kembali lagi ke tukang servis naik bis Kopaja lagi.
Jakarta kala itu masih sepi,csekitar tahun tujuh puluhan.

Yang  menyenangkan adalah  ketika Pak Dhe mengajakku ke kantornya, di Tanjung Priuk. Aku diajaknya naik kapal, membelah laut. memmMemandang langit dan laut yang begitu luas, sangat mengagumkan.

Kini semua tinggal kenangan. Kebaikan hati Bu Dhe dan Pak Dhe, mewarnai masa kecilku yang bahagia. Semoga menjadi amal Soleh ladang pahala bagi beliau yang telah menghadap-Nya, menjadi bekal untuk berada di tempat yang nyaman di sisi-Nya.

Di bulan September 2022, rasa kangen kepada Bu Dhe terjawab lewat berita lelayu. Bu Dhe telah tiada, dipanggil menghadap-Nya.
 Keinginan untuk menengok beliau tidak juga terujud, sampai akhirnya berjumpa tapi tak dapat bertegur sapa. Aku ikut memandikannya, menyolati  di masjid dan mengantar ke pemakaman.

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Perlengkapan untuk memandikan jenazah, mengkafani dan sekaligus dengan petugasnya datang tepat waktu. Meski di kota besar, Jakarta, Ibu Kota Negara kesatuan Republik Indonesia, yang terbiasa sibuk dan macet, pelayanan terhadap warga yang berkabung sungguh baik.

Perjalanan dari rumah duka menuju masjid cukup lancar. Begitu juga ke pemakaman di daerah Cipayung, tidak ada hambatan. Liang lahat pun sudah disiapkan oleh petugas. Area pemakaman cukup asri, tidak menyeramkan.

Kembali ke kediaman Bu Dhe,  depan rumah, di luar pagar halaman adalah trotoar yang bersih tidak ada pedagang kaki lima. Nyaman untuk duduk di teras, memandang kesibukan lalu lalang kendaraan di jalan raya.

Itulah Jakarta saat terakhir kali aku datang, bulan September 2022 yang dapat aku lihat di lingkup kecil.

Tidak banyak kenangan tentang Jakarta setelah usia dewasa. Kunjungan ke Jakarta hanya jika ada undangan. Baik itu undangan hajatan keluarga maupun undangan kedinasan.

Undangan ke kantor pusat di jalan Gatot Subroto, aku hadiri saat sebelum musibah covid. Bersama teman-teman, selesai acara, sambil menunggu jadwal kereta, kami pergi naik taksi. Aku ingin sekali melihat jalan Cendana, yang terkenal sebagai tempat kediaman keluarga  Presiden Suharto. Taksi melewati bangunan yang dijaga oleh satuan pengamanan. Bangunan itu mafuh asli,  sederhana belum direnofasi menyesuaikan model rumah masa kini. Aku meminta taksi berbalik lagi melewati rumah keluarga Cendana. Seorang teman yang asli Jakarta tertawa-tawa melihat kelakuanku. Setelah puas di jalan Cendana, aku minta ke Monas. Maklum, belum pernah. Sepanjang lorong menuju monumen, kami berfoto-foto.

Monumen belum dibuka, aku belum bisa masuk ruangan. Setelah solat magrib di bagian bawah monumen, barulah ruangan dibuka oleh petugas.
Setelah melewati ruang musim sejarah, aku masuk ke ruang kemerdekaan.  Aku duduk menghadap pintu untuk melihat ke bagian dalam, di mana suara Sang Proklamator, Bapak Ir.  Soekarno terdengar membacakan Teks proklamasi.

Selanjutnya aku dan teman-teman naik lift menuju puncak Monas, dimana  api kemerdekaan berada. Di  pelataran cawan, melihat keindahan kota Jakarta di malam hari. Masjid Istiqlal terlihat jelas berdiri megah.
Monumen nasional kebanggaan kita, harus dirawat dan dijaga. Bersyukur aku dapat mengunjunginya dengan pulang membawa hati bangga.

Itulah perjalanan  berkesan yang tidak akan terulang, mengingat setelah itu suasana covid selama dua tahun  tidak mendukung untuk tugas luar, ke ibu kota maupun kunjungan ke Saudara.

Selamat ulang tahun Jakarta ke 496 pada tanggal 22 Juni 2023. Semoga semua elemen masyarakat maupun pemerintahan guyub rukun. Suasana tetap aman tenteram, bertambah usia semakin jaya. Menyambut perhelatan akbar di 2024 dengan semangat persaudaraan, menjadi lebih baik lagi.

Baldatun toyyibatun warobbun ghofuur.

Purwokerto, 18 Juni 2023

Biodata Penulis :
Titi Ariswati, lahir 1 April di kota kecil Purbalingga, Jawa Tengah. Mulai menulis di tahun 2020.
Beberapa puisi, cerpen dan senandika ada di akun Kompasiana.

Dokpri/Titi/14623
Dokpri/Titi/14623

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun