Puisi sambung
Tema : Â Merindu Hujan
Aku terpaku pada lukisan cakrawala
Kelabu yang kutunggu senantiasa
Saat netra terpejam dan berlarian ditengah hujan
Hati berbisik, 'aku merindukanmu'
Tapi yang kutemui hanya semu
Kau semakin aksa dari jangkauanku
Kau buat aku termangu di balik pintu menunggumu
Rasa panas memeluk tubuh berpeluh
Kerontang meranggas angin kering gugurkan dedaunan kuning berdebu
Burung-burung bercicit kabarkan datanganmu yang masih jauh
Kugores tinta pada luas cakrawala
Tentang kidung rindu yang kurapal tiap saat
Harap disana engkau membaca
Bahasa kalbu yang dulu tak terucap
Biarkanlah asa itu tetep ada
Dalam puing angan yang terhapus hujan malam ini
Ku hanya rindu hujan
Dan didalamnya terpaut kenangan
Atma merindu air langit
basahi debu jalanan
Beri wangi khas yang bawa kenangan
Ya Sallam, sirami kesejukan pada kami
Kesejukan itu hanya singgah sejenak
Yang dulu kurasakan kini menemukan titik jemu
Iya kala itu ....
Kesejukan itu hanya sekadar mengikuti angin singgah dan menghilang
Sepertinya hati ini hanya persinggahan sesaat
Sirna dan tak berbekas
Tuhan semesta alam
Atas kebesaran kuasa-Mu
Runtuhkan endapan luka-luka
Biarkan teduh merengkuh tubuh
Meski cinta yang senja
Diguyur hujan tanpa dinyana
Kalbu ini tegar meronta
Peluh membasahi sekujur raga
Prahara demi prahara hadir menyapa
Kuhadang mega yang bersemayam di lubuk angkasa
Panjatkan pinta kepada-Nya agar turunkan derai sarat irama
Agar dahaga dalam sukma lekas sirna