Mohon tunggu...
tita trsabita
tita trsabita Mohon Tunggu... Apoteker - Pelajar

Seorang pelajar yang percaya bahwa ☆Kesuksesan dimulai dari langkah kecil yang berani☆ Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar dan berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rangkaian Kata Membuatku Terbawa Emosi Tokoh

15 November 2024   06:08 Diperbarui: 15 November 2024   06:12 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rangkaian Kata Membuatku Terbawa Emosi Tokoh

Oleh Tita Tsabita

Cerpen yang berjudul Yang Lebih Penting dari Aku menceritakan tentang seorang anak serta keluarga besarnya sedang menunggu operasi kakek mereka. Anak itu membaca buku dengan tenang. Ia lelah melihat banyak orang cemas di rumah sakit. Ia menghabiskan waktu dengan tenang di sana.

Ada beberapa orang menggunjingkannya yakni sepupunya sendiri. Mereka merasa terganggu karena anak itu tidak bergabung dengan mereka. Ia muak dengan gunjingan itu. Ia pergi ke tempat duduk sepupunya dan bertanya maksud gunjingan itu. Sepupunya malah membuat emosi. Terjadi sedikit adu mulut hingga hampir baku hantam.

Terbuka pintu operasi menandakan operasi kakek selesai. Sesuai harapan operasi kakek berhasil. Seluruh keluarga besarnya mengucap syukur. Suasana tegang menjadi hangat kembali. Kakek mereka lebih penting daripada pertengkaran tadi.

Sebelum membahas lebih lanjut kita harus tau cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Menurut KBBI, pengertian cerpen adalah cerita yang berisi tentang suatu kisah dan tidak lebih dari 10 ribu kata. Cerpen juga biasanya disebut sebagai cerita sekali duduk, karena hanya butuh sekali duduk saja untuk menyelesaikan satu cerpen.

Setelah mambaca cerpen karya Farida, menurutku paragraf pengarang sangat baik. Terutama pada paragraf empat. Rangkaian katanya membuatku terbawa emosi tokoh. Aku juga puas karena tokohnya berniat ingin menegur para penggunjing itu.

Pada paragraf dua cerpen yang berjudul Yang Lebih Penting dari Aku ide pokok terletak di awal paragraf. Ide pokoknya aku tidak ingin di sini. Terdapat delapan ide penjelas. Yakni orang mondar mandir. Wajah gundah membuatku lemas. Kapan berakhir. Seharusnya aku duduk santai di rumah. Aku ingin izin pulang. Its imposible. Mustahil. Aku tidak bisa pulang saat keluarga berkumpul.

Selanjutnya paragraf empat. Ide pokok terletak samar. Ide pokoknya marah. Terdapat sembilan ide penjelas. This is it. Cukup. Aku tidak tahan. Aku bicara. Kutegur mereka. Menggunjing. Kemarahanku. Aku berdiri. Derit nyaring nyari orang menoleh.

Paragraf delapan ide pokok terletak di awal dan akhir. Ide pokoknya amarah mencengkram dan menguasaiku. Ide penjelasnya ada empat. Aku siap meledak. Deru jantungku kencang. Kepalanku kuat. Ujung kuku menekan telapak tanganku.

Terakhir paragraf sepuluh. Ide pokok terletak di akhir paragraf. Ide pokoknya syukur berdengung. Ide penjelasnya ada empat. Ayahku mengusap matanya. Om dan tante tersenyum. Sepupuku terbangun. Kakek terlepas dari bahaya.

Adapun perasaanku saat membaca paragraf satu sedikit bingung karena langsung berisi dialog gunjingan, entah ditujukan kepada siapa. Setelah membaca paragraf dua aku mulai paham dengan ceritanya. Tiba-tiba aku menjadi kesal karena orang yang digunjing itu sepupunya sendiri. Aku sangat kesal pada paragraf 3,4 dan 5. Tokoh "Aku" bertanya dengan baik tapi tanggapan mereka sangat jutek terlihat pada paragraf 6.

Para penggunjing itu membicarakan hal yang bukan urusannya. Seharusnya mereka tidak terganggu. Aku melihat ini dari paragraf 7. Aku baru sadar ternyata kejadian ini di rumah sakit saat membaca paragraf 9. Setelah membaca paragraf 10 dan 11 akupun lega karena operasi kakek berhasil.

Menurutku tokoh "Aku" lebih cocok laki-laki. Tokoh aku menjelaskan lebih baik dia bermain game di rumah terdapat dalam paragraf 2. Tokoh "Aku" mengatakan "Kepalanku kian kuat" terdapat di paragraf 8. Pada paragraf terakhir tokoh "Aku" menyampaikan ia hendak baku hantam dengan Edo tadi. Logikanya tidak mungkin perempuan ingin baku hantam dengan laki-laki.

Cerpen ini memang rada aneh dan agak membingungkan. Misalnya "Suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia" Menurutku suasana sunyi membuat tokoh "Aku" mendengar semua ucapan para penggunjing. Aku menyimpulkan ini dari paragraf 1. Tokoh "Aku" mengatakan ia bisa mendengar mereka walau bersuara rendah. Ini juga dari paragraf 1.

Awalnya aku tidak sadar cerita ini terjadi di rumah sakit. Setelah membaca paragraf 9 aku sedikit terkejut karena kejadian ini di rumah sakit. Terdapat dialog pada paragraf 9 berisi "Operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan.". Ucapan syukur keluarga tokoh "Aku" menguatkan bahwa ini terjadi di rumah sakit.

Menurutku perasaan tokoh aku saat berkata "... mereka semua terikat darah denganku" pasrah. Ia sadar mereka sepupunya. Seandainya tokoh "Aku" melawan mereka pasti hubungan mereka akan terpecah belah. Tidak hanya hubungan mereka mungkin hubungan keluarganya juga.

Maksud Bahar berkata "Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu" ia kesal. Tokoh "Aku" tidak bergabung dengan mereka. Tokoh "Aku" hanya membaca buku. Baharpun mulai menggunjingkan tokoh "Aku" akan hal itu. Seharusnya Bahar tidak terganggu karena membaca buku keinginan tokoh "Aku".

Perasaan tokoh pada paragraf 9 khawatir. Mereka memikirkan keadaan kakek. Setelah sekian lama mereka menunggu operasi kakek akhirnya pintu dibuka. Mendengar kalimat "Kaluarga Bapak pattarani" mereka terkejut dan cemas. Ini aku dapat pada paragraf 9.

Menurutku judul cerpen ini sudah cocok. Judul Yang Lebih Penting dari Aku cocok dengan cerita ini. Keluarga memang lebih penting dari diri kita. Dalam cerita ini keluarganya terlihat tidak akur. Setelah mendengar operasi kakek berhasil mereka kembali akur. Kakek sumber keakuran mereka.

Sudut pandang salah satu unsur cerpen. Sudut pandang dalam cerita adalah cara pandang pengarang dalam menyampaikan cerita kepada pembaca atau pendengar. Cerita ini kemudian menjadi lebih hidup serta disampaikan dengan baik kepada para pendengar atau pembacanya. Secara sederhana sudut pandang merupakan cara penulis dalam menempatkan dirinya dalam suatu cerita.

Sudut pandang ada 3. Pertama sudut pandang orang pertama. Penulis menggunakan kata ganti "Aku" atau "Saya" jika tunggal. Jika bentuknya jamak penulis menggunakan kata ganti "Kami". Penulis adalah bagian dari cerita dalam sudut pandang ini.

Selanjutnya sudut pandang orang kedua. Penulis menggunakan kata ganti "Kamu" atau "Anda". Pembaca seolah menjadi tokoh utama dalam sudut pandang ini. 

Lanjut sudut pandang orang ketiga. Penulis menggunakan kata ganti "Dia","Mereka", dan "Ia" atau nama tokoh untuk menggambarkan peristiwa.

Sudut pandang orang pertama. Penulis menceritakan cerita perspektif dirinya sendiri. Penulis sebagai tokoh dalam cerita. Kata gantinya "Aku", "Saya" jika tunggal. "Kami" jika jamak.

Pada sudut pandang orang pertama seperti yang terdapat pada paragraf sebelumnya kata ganti yang digunakan "Aku" dan "Saya" jika tunggal. "Kami" dan "Kita" jika jamak. Penulis berada dalam cerita. Penulis menjadi tokoh utama.

Paragraf pada cerpen Yang Lebih Penting dari Aku yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Aku kembali membaca bukuku, tetapi tak satu pun kalimat kupahami. Suara-suara yang menyindirku itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Aku cukup yakin, jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak kukenal dengan baik, mereka semua terikat darah denganku.

Kita ubah ke sudut pandang orang ketiga. Dia kembali membaca bukunya, tetapi tak satu pun kalimat ia pahami. Suara-suara yang menyindirnya itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Dia cukup yakin, jika ia mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka sedang meliriknya. Ia tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak ia kenal dengan baik, mereka semua terikat darah dengannya.

Bila dilihat dari segi gaya bahasa. Maka cerpen ini sudah menggunakan gaya bahasa kekinian. Gundah artinya perasaan khawatir atau cemas terhadap sesuatu. Menggunjingkan artinya bergosip atau membicarakan orang lain. Deru artinya bunyi atau suara. Terakhir berdengung artinya seperti suara lebah. Semua kosa kata itu terdapat pada bahasa gaul.

Kata gaul lain yang bisa dipahami pada cerpen. Sunyi artinya tidak ada suara seperti diam dan hening. Baku hantam artinya bertengkar seperti memukul secara brutal oleh dua pihak. Syukur artinya perasaan berterima kasih saat kita mendapatkan suatu hal yang bagus. Mencengkram artinya menggenggam kuat seperti hewan buas mencengkram. Terakhir mustahil artinya tidak mungkin terjadi ketika suatu hal susah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun