Untuk cerita hangat kali ini cukup membuatku penasaran dari judulnya, terdengar seperti kembali ke masa lalu yang indah. Cerita ini memiliki alur yang beragam, diawali dengan maju, lalu muncur, kemudian maju lagi. Namun, tenang saja karena dengan penulisan yang baik, kamu tidak akan pusing dengan alur yang beragam itu.Â
Ceritanya begitu singkat, sama seperti yang lain. Tapi mungkin ini lebih singkat dibanding yang lain. Walaupun bagiku sebenarnya terlalu cepat perihal penggambaran Sagara yang ternyata menyukai Alesha, dua karakter utama di dalam Endless Memories. Kesannya, "Oh, kamu suka juga ya sama aku? Oke, ayo pacaran." Mungkin bukan seleraku saja perihal cinta yang datang secara tiba-tiba atau terlalu cepat. Tapi aku suka banget nasehat-nasehat yang diberikan oleh sosok ayah dari Alesha, benar-benar bijak dan bagus. Juga perihal pemikiran yang dimiliki oleh Sagara. Orang pintar seperti Sagara mungkin lebih baik jadi aktivis atau ambil fakultas hukum, eh ternyata jadi musisi terkenal.
Penggambaran perihal Sagara dan Alesha yang akhirnya bertemu lagi itu cukup klasik, tapi aku suka karena bahasa yang digunakan mudah dicerna dan membuat bacaan ini terkesan mengalir. Pemilihan kata "nggak" untuk sudut pandang orang ketiga mungkin kurang cocok untuk aku, ada sedikit typo juga di bagian ini. Namun, aku tetap ingin memuji bahasa yang dipakai, karena cocok dengan latar waktu 2016 dan seterusnya. Pastinya pada waktu itu dan saat ini ada perbedaan bahasa kan? Kak Yossi berhasil menggunakan ini di dalam narasi. Akhirnya kita sampai di cerita terakhir, ini lah cerita hangat lainnya dari novel antologi If We Make It Through December.
Sesuai dengan judulnya, kututup novel ini dengan perasaan hangat dan ketenangan. Kalau kamu tertarik untuk membaca novel ini, bisa kamu dapatkan di Gramedia atau E-Commerce official. See you on my next review!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H