Mohon tunggu...
Januar Wibisana
Januar Wibisana Mohon Tunggu... Editor - Kreator

Simple Man

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Sejarah dan Perkembangan Industri Pertambangan Batubara di Indonesia (Titan Infra Energy)

1 Juni 2024   09:07 Diperbarui: 1 Juni 2024   09:18 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batubara telah menjadi salah satu komoditas vital dalam perkembangan industri global. Sejarah panjang penggunaan batubara mencerminkan peran pentingnya dalam revolusi industri dan perkembangan ekonomi dunia. Di Indonesia, industri batubara memiliki perjalanan yang unik dan penuh dinamika. Artikel ini akan membahas secara mendetail sejarah batubara dunia dan perkembangan industri pertambangannya di Indonesia.

Asal-Usul Batubara: Penggunaan Awal dan Penemuan

Batubara telah digunakan sebagai sumber energi sejak zaman kuno. Sekitar 300 SM, masyarakat Yunani kuno sudah memanfaatkan batubara sebagai bahan bakar. Di China, sekitar 2000 tahun yang lalu, batubara mulai ditambang dan digunakan untuk berbagai keperluan. Di Eropa, batubara ditemukan di Inggris dan Jerman sekitar abad pertama Masehi. Penambangan komersial batubara pertama kali dilakukan di New Castle, Inggris pada abad ke-18 seiring dengan penemuan mesin uap oleh James Watt yang memicu revolusi industri di Eropa.

Awal Mula Pertambangan Batubara di Indonesia

Di Indonesia, sejarah pertambangan batubara dimulai pada tahun 1849 oleh NV Oost Borneo Maatschappij di Pengaron, Kalimantan Timur. Kemudian, pada tahun 1892, tambang batubara pertama di Ombilin, Sawahlunto mulai berproduksi, diikuti oleh tambang di Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan pada tahun 1919.

Tambang batubara modern pertama kali di Indonesia dibuka di Sawahlunto, Sumatera Barat, berkat temuan Willem Hendrik de Greve pada tahun 1868. Pemerintah Hindia Belanda kemudian melanjutkan eksplorasi dan pembangunan infrastruktur tambang di Sawahlunto dari tahun 1883 hingga 1894 dengan investasi sebesar 20 juta Gulden, setara dengan Rp150 miliar. Jalur kereta api sepanjang 100 kilometer menghubungkan Sawahlunto dengan Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, menjadikan Sawahlunto sebagai magnet bagi kaum pendatang di awal abad ke-20.

Masa Keemasan dan Surut Industri Batubara Indonesia

Setelah Indonesia merdeka, pertambangan batubara dikelola oleh negara melalui PT Tambang Batubara Ombilin (TBO) yang kemudian menjadi bagian dari PT Tambang Batubara Bukit Asam (TBBA) di Tanjung Enim. Pada awal 1970-an, industri batubara Indonesia mengalami masa suram akibat kalah bersaing dengan minyak bumi. Produksi batubara merosot hingga 149.000 ton pada tahun 1973, padahal pernah mencapai 2,03 juta ton pada tahun 1941.

Namun, kebijakan pemerintah pada tahun 1976 untuk meningkatkan pemanfaatan batubara memulai era baru. Pemerintah mengundang perusahaan internasional untuk melakukan eksplorasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. PT Tambang Batubara Bukit Asam (TBBA) didirikan pada tahun 1981, dan produksi batubara mulai meningkat secara signifikan. Pada tahun 1990, produksi mencapai lebih dari 10,6 juta ton, dengan 6,6 juta ton digunakan di dalam negeri dan sisanya diekspor.

Titan Infra Energy: Pemain Kunci di Industri Batubara Indonesia

PT Bara Anugrah Sejahtera

PT Bara Anugrah Sejahtera (BAS) merupakan salah satu produsen batubara ramah lingkungan di Sumatera Selatan dengan luas area 2.164 ha. Berdasarkan JORC Report 2019, BAS memiliki sumberdaya batubara sebesar 185 juta ton dan cadangan batubara sebesar 45,7 juta ton. Batubara yang dihasilkan memiliki nilai kalori 4.720 kkal/kg (GAR) dengan kandungan abu dan sulfur yang rendah.

PT Banjarsari Pribumi

PT Banjarsari Pribumi (BP) adalah produsen batubara ramah lingkungan di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan dengan luas lahan 519,84 ha. Berdasarkan JORC Report 2019, BP memiliki sumberdaya batubara sebesar 36,2 juta ton dan cadangan batubara sebesar 27,6 juta ton, dengan nilai kalori berkisar antara 3.800--4.500 kkal/kg (GAR).

Proses Pembentukan Batubara

Batubara terbentuk dari endapan organik, terutama sisa-sisa tumbuhan, melalui proses pembatubaraan yang terdiri dari dua tahap: tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan adalah proses pembentukan gambut dari sisa-sisa tumbuhan di daerah rawa yang bebas oksigen. Tahap pembatubaraan melibatkan proses biologi, kimia, dan fisika yang mengubah gambut menjadi berbagai jenis batubara.

Proses pembentukan batubara melalui empat tahap utama: gambut, lignit, bituminous, dan antrasit. Batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah, seperti lignit dan sub-bituminus, memiliki kadar karbon rendah dan kandungan energi yang rendah. Sebaliknya, batubara dengan tingkat pembatubaraan tinggi, seperti antrasit, memiliki kadar karbon tinggi dan kandungan energi yang tinggi.

Kualitas dan Harga Batubara

Mutu batubara ditentukan oleh sifat fisika dan kimia yang mempengaruhi kegunaannya. Kualitas batubara dinilai dari nilai kalor yang dikandung per kilogram batubara. Di Indonesia, kualitas batubara diklasifikasikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 13 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003.

Harga batubara ditetapkan berdasarkan formula yang mempertimbangkan nilai kalori, kandungan total moisture, total sulfur, dan total ash. Di dunia internasional, harga batubara mengacu pada indeks batubara Newcastle atau ICE Newcastle. Di Indonesia, Harga Batubara Acuan (HBA) ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 2009.

Manfaat Batubara

Batubara memiliki berbagai manfaat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Mayoritas produksi batubara di dunia digunakan untuk PLTU. Selain itu, batubara juga digunakan dalam industri untuk menghasilkan produk gas, aluminium, baja, semen, kertas, dan pupuk pertanian.

Produksi dan Cadangan Batubara Dunia

Menurut BP's Statistical Review of World Energy 2021, total produksi batubara dunia pada tahun 2020 mencapai 7,74 miliar ton. China, India, dan Indonesia adalah tiga negara penghasil batubara terbesar di dunia. Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 34,87 miliar ton, yang cukup untuk bertahan selama 62 tahun dengan tingkat produksi saat ini.

Kesimpulan

Industri batubara di Indonesia memiliki sejarah panjang dan penuh dinamika, mulai dari masa kolonial hingga era modern. Perkembangan industri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah, permintaan global, dan investasi. Titan Infra Energy, dengan berbagai anak perusahaannya, terus berkontribusi signifikan dalam industri batubara nasional. Dengan pemanfaatan teknologi dan praktik pertambangan ramah lingkungan, industri batubara Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan berkelanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun