Batubara terbentuk dari endapan organik, terutama sisa-sisa tumbuhan, melalui proses pembatubaraan yang terdiri dari dua tahap: tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan adalah proses pembentukan gambut dari sisa-sisa tumbuhan di daerah rawa yang bebas oksigen. Tahap pembatubaraan melibatkan proses biologi, kimia, dan fisika yang mengubah gambut menjadi berbagai jenis batubara.
Proses pembentukan batubara melalui empat tahap utama: gambut, lignit, bituminous, dan antrasit. Batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah, seperti lignit dan sub-bituminus, memiliki kadar karbon rendah dan kandungan energi yang rendah. Sebaliknya, batubara dengan tingkat pembatubaraan tinggi, seperti antrasit, memiliki kadar karbon tinggi dan kandungan energi yang tinggi.
Kualitas dan Harga Batubara
Mutu batubara ditentukan oleh sifat fisika dan kimia yang mempengaruhi kegunaannya. Kualitas batubara dinilai dari nilai kalor yang dikandung per kilogram batubara. Di Indonesia, kualitas batubara diklasifikasikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 13 tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003.
Harga batubara ditetapkan berdasarkan formula yang mempertimbangkan nilai kalori, kandungan total moisture, total sulfur, dan total ash. Di dunia internasional, harga batubara mengacu pada indeks batubara Newcastle atau ICE Newcastle. Di Indonesia, Harga Batubara Acuan (HBA) ditetapkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sejak tahun 2009.
Manfaat Batubara
Batubara memiliki berbagai manfaat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai sumber tenaga pembangkit listrik. Mayoritas produksi batubara di dunia digunakan untuk PLTU. Selain itu, batubara juga digunakan dalam industri untuk menghasilkan produk gas, aluminium, baja, semen, kertas, dan pupuk pertanian.
Produksi dan Cadangan Batubara Dunia
Menurut BP's Statistical Review of World Energy 2021, total produksi batubara dunia pada tahun 2020 mencapai 7,74 miliar ton. China, India, dan Indonesia adalah tiga negara penghasil batubara terbesar di dunia. Indonesia memiliki cadangan batubara sebesar 34,87 miliar ton, yang cukup untuk bertahan selama 62 tahun dengan tingkat produksi saat ini.
Kesimpulan
Industri batubara di Indonesia memiliki sejarah panjang dan penuh dinamika, mulai dari masa kolonial hingga era modern. Perkembangan industri ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah, permintaan global, dan investasi. Titan Infra Energy, dengan berbagai anak perusahaannya, terus berkontribusi signifikan dalam industri batubara nasional. Dengan pemanfaatan teknologi dan praktik pertambangan ramah lingkungan, industri batubara Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan berkelanjutan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H