"Aku sudah mencoba menjelaskan, tapi dia tidak mau mendengarkan. Dia hanya bilang kita harus menikmati masa muda kita. Aku merasa seperti terjebak." Jawab Kirana dengan nada lemasnya.
"Jadi, apa yang kamu inginkan, Kirana?" tanya sang kakak.
"Aku ingin mengejar impianku menjadi guru, tapi di sisi lain, aku juga merasa nyaman saat bersamanya. Tapi setiap kali aku bersamanya, aku merasa jauh dari tujuan." Ujar Kirana.
"Kamu harus ingat bahwa pilihanmu akan menentukan jalanmu. Cinta yang sejati akan mendorongmu untuk berkembang. Jika Raka benar-benar mencintaimu, dia akan mendukung mimpimu." Nasihat sang kakak untuk Kirana.
"Kak, aku takut. Jika aku memutuskan hubungan ini, mungkin aku akan kehilangan Raka. Tapi aku juga tidak mau mengorbankan mimpiku." Kata Kirana yang sedikit berpikir
 "Keputusan itu memang sulit, tapi ingat, kamu harus utamakan dirimu. Cinta yang baik tidak akan membuatmu merasa terpaksa untuk memilih. Kamu berhak bahagia dan meraih impianmu." Ujar sang kakak yang lalu meninggalkan Kirana untuk berpikir. Â
Kirana mengangguk, mulai merenungkan nasihat kakaknya.
Setelah dia menceritakan semuanya, dia mendapatkan nasihat-nasihat dari kakaknya. Salah satu nasihat kakaknya yang dapat dia simpulkan adalah "Cinta yang sejati tidak akan menghalangimu untuk mengejar mimpimu. Tapi Sebaliknya, ia akan memotivasi dan mendukungmu." Dari situlah Kirana menyadari bahwa cinta bukanlah penghalang, tetapi Raka yang menjadi beban menghambatnya dia meraih mimpinya.
Dengan hati yang tegar, Kirana memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu. Meskipun berat, tapi dia tahu itu adalah langkah yang tepat. Siang hari Kirana mengajak bertemu Raka untuk membicarakan tentang hubungan mereka.
"Raka, aku ingin bicara tentang hubungan kita." Ucap Kirana.
"Tentu, ada apa? Kau tampak tegang." Balas Raka dengan tersenyum.