Mohon tunggu...
Tita Carol
Tita Carol Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

menulis untuk menyenangkan hati^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyambut Duka di Negeri Oma Maluku Tengah

24 November 2018   19:08 Diperbarui: 24 November 2018   19:11 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kemudian mendapatkan kondisi mama yang tidak membaik. Mencoba berdiskusi dengan keluarga untuk penanganan medis, namun harus menghargai keinginan mama dan adik ipar bahwa mama tidak akan dibawa ke kota Ambon. 

Beberapa hari sebelumnya, mama sudah menyiapkan baju untuk dikenakan pada hari terakhirnya dan berpesan untuk tidak dibawa ke rumah sakit dan memilih untuk mengakhiri hidupnya di rumah.  

Jadi disanalah kami berkumpul, berbicara dengan mama (kami percaya mama masih mendengarkan dengan baik) dan menyanyikan lagu-lagu rohani. Sesekali ipar saya mencoba membasahi bibir mama dengan menyuapkan susu sebanyak 1-2 sendok teh.

Pintu rumah selalu terbuka. Kerabat, teman dan pengerja gereja selalu bergantian datang melihat kondisi mama. Kerabat yang berada di luar kota terhubung dengan video call. 

Hari Senin sore, ketika salah seorang cucu tiba dari Ambon, kondisi mama sudah berbeda. Mama sudah lebih tenang. Kaki dan tangan kanannya sudah tidak lagi banyak digerakkan. 

Saya mengumpulkan adik dan seluruh keponakan untuk tidak lagi berada jauh dari tempat tidur mama. Cucu-cucu mama berbicara bahwa mereka akan lebih baik lagi ke depan, belajar lebih sungguh-sungguh mengikuti pesan mama selama ini.  Mereka juga berjanji akan rajin membaca kitab suci, seperti yang biasa mama lakukan. Menyanyikan lagu-lagu kesukaan mama adalah yang kemudian dilakukan diiringi air mata.

Saya terjaga hingga pukul 2.05, lalu memilih  istirahat sebentar. Ketika pukul 2.26  dibangunkan, mama sudah tiada. Adik ipar saya terlihat sudah cukup tegar. Pengerja gereja yang ikut menginap di rumah lalu mengajak berdoa. Sudah selesai, mama sudah menghadap Tuhan. Deritanya sudah berakhir.

Kami menghubungi para kerabat dan membuat persiapan pemakaman. Pada pukul 8 pagi, para pria  menyiapkan tenda di halaman rumah. Beberapa ibu membantu di dapur. Mereka menyiapkan konsumsi untuk kami dan kerabat yang datang dari tempat yang cukup jauh. Adik ipar saya pergi ke Ambon untuk membeli berbagai keperluan di peti jenasah dan memesan kue untuk dibagikan setelah pemakaman. Para nelayan membawakan ikan bagi keluarga yang berduka. Peti jenasah dibuat mulai siang hari oleh sekumpilan pria dari Persekutuan Pattikawa. 

Mengawetkan jenasah dengan kearifan lokal adalah menuangkan cuka sekitar 50-75 ml ke dalam mulut jenasah tak lama setelah dinyatakan meninggal. Sekitar pukul 7 malam, jenasah dimandikan dengan mengoleskan serbuk kamper ditambahkan sedikit spritus. Lalu mama siap untuk menggunakan baju hitam pilihannya. 

Pada pukul 9 malam diadakan ibadah penghiburan. Para kerabat dekat membawakan kue-kue untuk disuguhkan setelah ibadah. Pemusik terompet, terdiri atas 8-10 orang pemuda menyuguhkan permainan yang menguatkan sekaligus menghibur. Sudah hampir pukul 10 malam ketika mama dipindah dari tempat tidur ke peti jenasah. Alunan suara terompet terdengar hingga pukul 23.30.

Sudah menjadi tradisi, dari kapal ikan akan dikirimkan ikan-ikan segar kepada keluarga yang berduka. Jumlahnya cukup banyak untuk dimakan  bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun