Kemarin, waktu menjadi puzzle yang menjadikankan fokusku memecahkan mainanku sendiri. Aku lebih memilih bermain dengan puzzleku sendiri, tanpa menginginkan seorang pun menggangu. Sendiri, menjadikanku lebih memaknai kehidupan.
Kadang waktu punya detik yang bisa merubah dimensimu, dan kadang kau akan terhipnosis dengan pererubahan yang kau alami.
Meresapi segalanya, hingga menunda kau untuk bisa lebih baik dengan harapan sebelumnya. Awalnya, aku hanya ingin menemuimu di sebuah kebahagian yang sebelumnya kau cerita dengan penuh luapan emosi. Kutangkapnya, kau telah menitipkan harapan besar padanya. Inilah imaji yang sempat menguasai ruangku, aku hanyalah sandaran sederhana yang bisa menguatkanmu, yang bisa membuatmu menarik nafas dengan nyaman. Sebelum kau menguji dan kembali berjalan bersama duniamu.
Cukup itu saja, dan aku bahagia.
Meski, sebuah dimensi memecahkan seluruh warna dalam imajiku. Disaat kau tengah bercerita tentangnya, disaat kau menceritakan segalah hal tentangnya. Hening memetik dawai dengan nada-nada yang lukiskan not-not putih.
Inginku, kau menemaniku
***
Hari esok benar menjadi ???
?
Kau bertanya, dan selalu bertanya pada segala hal yang bisa menjadikanmu percaya pada waktu. Disaat-saat seperti itu, aku menahan rasa yang masih kupikirkan tentang kisah yang kemarin kau lukiskan lewat pesan demi pesan.
Entah, senyum dan sapaan apa yang kau hadiahkan hingga aku berjalan mengutarakan apa yang sejatinya ingin kuungkapkan. Meski awalnya, kuyakin kau mengerti. Tapi, aku masih merajakan imajiku sebelum kau bersedia menemaniku dengan harap yang sebelumnya tak pernah ada.