Mohon tunggu...
Tisa Susanti
Tisa Susanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang penikmat novel yang memiliki mimpi menjadi seorang penulis novel dan psikiater.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pulang dan Tinggal

9 Desember 2013   21:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:07 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alika tak tahu harus apa dan bagaimana namun hatinya menginginkan dia pergi ke reruntuhan benteng dekat Taman Sari. Dihentikannya taksi yang kebetulan lewat di depannya. Bodoh memang menenangkan diri di tempat yang menyimpan kenangan tapi itulah yang diinginkannya. Matahari sudah hampir tenggelam tapi reruntuhan benteng masih ramai oleh orang yang menikmati senja. Alika memutuskan untuk duduk di tangga yang masih tersisa dari reruntuhan benteng itu ketika dilihatnya ada seseorang sedang memotret panorama senja di sekitaran benteng. Sosok itu mengingatkannya pada Fakhri. Dia memang Fakhri, saat Alika masih memandangnya lekat sosok itu keburu membalikkan badan menghadapnya.

Tak ada canda tawa seperti biasanya, hanya ada kesunyian. Alika tak berani meulai percakapan. “Aku kira kamu masih betah di Bandung. Biar bisa dekat sama lelaki itu. Kok malah balik ke Yogya?” Nada yang datar tanpa tersirat kemarahan sedikitpun keluar dari mulut Fakhri.

“Kau lupa aku tak suka laki-laki romantis? Apa kau lupa aku sudah punya pacar? Apa kau juga lupa siapa pacarku?” Alika menunduk tak berani memandang wajah Fakhri,brusaha menahan aliran emosi yang bergejolak.

“Aku ingat kok. Perempaun mana yang tak suka diberi bunga oleh seseorang yang pernah ada di hatinya?” dia begitu tenang,Alika heran sebenarnya siapa yang marah dan menjadi korban dia atau Fakhri.

“Aku rasa semua perempuan senang menerima bunga,sayang bunga yang kuterima itu dari sahabatku bukan seperti harapanmu. Aku tak sengaja bertemu dengannya dan foto itu pun aku tak tahu temanku memotretnya. Kami hanya berbincang biasa. Lagipula ada perempuan yang sedang didekatinya. Masa lalu bukan untuk dikembalikan aku lebih suka bersama seseorang yang ada sekarang. Harusnya aku yang bertanya kemana saja kamu selama seminggu ini? Mengapa pesanku tak pernah direspon? Siapa perempuan yang asyik tertawa denganmu di Twitter”

“Maaf Alika aku kira kemarin aku harus mempersiapkan diri untuk menjalani hidup seperti saat sebelum kamu datang. Aku pikir kau sudah mulai menganggap yang romantis dan bisa memberimu bunga lebih baik untukmu. Aku tidak marah Alika. Perempuan itu? Sudahlah tak usah dibahas lagi dia bukan siapa-siapa hanya teman biasa.”

“Please Fakh, kau tahu harusnya aku baru kembali ke kota ini tiga hari lagi?  Aaaaah kau merengut tiga hari liburanku, apa susahnya bilang jujur walau cuma lewat SMS.” Alika kesal setelah mendengar semua penjelasan itu. Meski di sisi lain dia bersyukur tawanya tak hilang dan dia tak perlu takut pergi ke kampus.

“Sudah ikhlaskan saja tiga harimu, aku juga masih betah di rumah. Tapi lihat foto itu bikin aku pengen balik ke Yogya. Aku juga baru tiba kemarin. Gak tahu kenapa tiba-tiba kepikiran buat main ke sini sendirian.

“Kamu gak bakal pergi kan Fakh?” Tanya Alika seperti meyakinkan dirinya sendiri bahwa Fakhri ada di depannya.

“Pergi ke mana Alika? Aku ada di sini kok, lagian kalau aku pergi ntar kamu galau lagi.” Ujar Fakhri sambil tertawa.

“Fakhri jelek, aku gak galau kamu yang galau.” Alika merengut walau hatinya mengakui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun