Mohon tunggu...
Tirto Manggono
Tirto Manggono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebenarnya Diri Kita Itu Apa Sih?

26 September 2018   08:55 Diperbarui: 26 September 2018   09:08 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia? Jelas. Tapi sebetulnya ada banyak orang yang sering bertanya kepada dirinya sendiri. Kamu pasti pernah donk, mengalami momen refleksi, dimana kamu bertanya ke dirimu sendiri: "aku ini sebenarnya maunya apa?"

Pertanyaan seperti itu biasanya muncul karena beberapa dari kita tidak sepenuhnya mengerti diri sendiri. Tapi penting nggak sih berusaha mengenal diri sendiri?

Jelas penting banget. Banyak psikolog yang bilang bahwa mengenal diri sendiri berarti satu langkah menuju kebahagiaan. Artinya kamu akan lebih bahagia ketika kamu bisa mengekspresikan siapa dirimu dan apa yang ingin kamu lakukan di masa depan.

Dengan berbahagia, kamu juga selangkah lebih dekat mendapatkan apa yang kamu inginkan. Coba bayangkan kalau kamu sangat mengenal dirimu dan kamu percaya diri dengan kelebihan yang dimiliki, tentunya kamu bisa mengambil segala macam keputusan dengan cara yang lebih bijak.

Lalu kita juga adalah makhluk sosial. Ketika kita tahu siapa diri kita, dan mampu menaruh nilai pada diri sendiri, selanjutnya akan lebih mudah mengatakan "tidak" untuk situasi yang memang mengharuskan mengatakan itu.

Orang yang tidak mengenal diri cenderung lebih mudah mengatakan "ya", untuk sesuatu yang seharusnya dia bisa mengatakan "tidak." Itu karena dia yakin betul akan keputusannya.

Lalu kalau belum mengenal diri sendiri, gimana dong? Mungkin kamu perlu menanyakan beberapa poin di bawah ini ke dirimu sendiri.

Apa sih yang tidak kusukai?

Ilustrasi suka dan benci (sumber foto : kiatfit.com)
Ilustrasi suka dan benci (sumber foto : kiatfit.com)
Biasanya orang hanya fokus pada hal-hal yang disuka, dan tidak memperdulikan apa yang tidak dia senangi. Jadi ketika dia diajak pergi ke tempat yang tidak disuka, dia ikut saja, supaya dianggap supel dan mudah bergaul dengan orang.

Padahal kita tidak perlu begitu. Daripada memaksa diri berada di dalam situasi di mana kamu sendiri tidak menikmati, belajar lah jujur ketika kamu tidak menyukai sesuatu. Dengan begitu kamu bisa mempelajari diri sendiri sekaligus memberi "nutrisi" sehat untuk pikiran, spirit, dan tubuh.

Kenapa aku melakukan itu? Apa yang mendorongku?

Sumber foto : duniagame.net
Sumber foto : duniagame.net
Tindakan kita umumnya dipicu oleh banyak hal, dan apa yang kita lakukan mencerminkan siapa diri kita.

Coba berpikir sejenak tentang apa yang memotivasi kamu bertindak dalam satu situasi. Apakah kamu bekerja karena kamu butuh uang, misalnya; atau kamu bekerja karena kamu ingin berkembang dan mendapat ilmu baru.

Apapun yang kamu lakukan, kamu bisa mempelajari sesuatu dari sana dan berefleksi dengannya. Dengan belajar faktor apa saja yang mendorongmu maju, kamu bisa menemukan cara efektif untuk memotivasi dirimu di dalam sebuah aktivitas atau project baru.

Pertanyaan macam itu juga membantu mengenali seperti apa tipe dirimu. Itu sekaligus jadi kesempatan untuk merefleksikan hal-hal yang terjadi di hidupmu sekarang dan apakah mereka baik bagimu.

Yang mesti diingat: lakukan sesuatu yang benar-benar memberi motivasi untukmu (entah itu persahabatan, pertemanan, atau pekerjaan), supaya kamu tidak buang-buang waktu.

Apa yang paling penting untuk aku?

Sumber foto : mygriya.com
Sumber foto : mygriya.com
Bisa jadi pacar, pendidikan, buku-buku, atau yang lain. Setiap orang punya versi masing-masing tentang apa yang paling penting untuk mereka.

Setiap orang juga memiliki nilai-nilai khusus yang ditanamkan sejak kecil, baik oleh orang tua, sekolah, teman, dan lain sebagainya. Nilai-nilai itulah yang - disadari atau tidak - ikut membentuk persepsi, opini, dan kedirian kita.

Tapi ada kalanya nilai-nilai itu tidak lagi relevan, sebab zaman terus berubah. Misalnya: ketika masih anak-anak kamu mungkin beranggapan menikah adalah keharusan. Sekarang, karena ditekan oleh psikis, kamu tidak lagi menganggapnya sesakral itu.

Intinya adalah: ambil waktu sejenak untuk berpikir dan berefleksi tentang apa yang paling penting untuk dirimu. Ambil nilai yang relevan untuk kondisi kamu dan ambil patokan dari situ.

Sebetulnya masih banyak pertanyaan lain yang bisa kamu berikan untuk dirimu sendiri. Dan pada akhirnya yang perlu kamu hasilkan adalah kepercayaan terhadap diri sendiri.

Ingat bahwa kita semua adalah orang yang punya kebebasan dan kemampuan untuk berubah. Belum terlambat bagi kita untuk membuat perubahan pada bagaimana cara kita melihat diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun