Pemimpin negara tetangga Burkina Faso tersebut menuduh pemerintah militer Burkina Faso mempekerjakan Wagner untuk melawan kelompok bersenjata dengan tambang emas sebagai imbalannya.
Tuduhan yang dilontarkan oleh pemimpin Ghana ini sontak menimbulkan ketegangan antara Burkina Faso dan Ghana. Bahkan Burkina Faso menarik duta besarnya dari Ghana karena peristiwa ini.
Wagner adalah tentara bayaran Rusia yang disebut masih memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Putin. Keberadaan Wagner yang disebut memiliki peluang untuk memperluas pengaruhnya di Afrika disambut dengan kekhawatiran oleh Barat.
Kekuatan Barat seperti Prancis dan Amerika Serikat menyebut keberadaan Wagner di Afrika adalah guna mengeksploitasi sumber daya mineral di kawasan tersebut. Wagner juga dituduh melakukan pelanggaran HAM di negara tempatnya beroperasi.
Selain itu, tentara bayaran Wagner dianggap tidak meninggalkan perdamaian berkelanjutan di negara tempat operasinya. Wagner juga dikhawatirkan akan digunakan sebagai alat untuk melakukan pergantian rezim.
Burkina Faso yang memang diketahui memiliki masalah terkait kelompok bersenjata yang sama dengan negara tetangganya, Mali. Selaras dengan Mali, Burkina Faso juga sedang dipimpin oleh kelompok militer yang berhasil menggulingkan kekuasaan. Junta militer Burkina Faso memimpin negara itu dengan janji akan meningkatkan keamanan negara.
Mali yang terlebih dahulu memutuskan untuk menyewa Wagner demi memerangi kelompok bersenjata membuat Mali jatuh ke dalam keterasingan dari sekutu regional maupun Barat. Hal inilah yang membuat pasukan militer Prancis menarik diri dari Mali beberapa waktu lalu.
Prancis sendiri merupakan bekas kekuatan kolonial yang sempat menguasai Afrika atau khususnya Burkina Faso selama 64 tahun (1896 hingga 1960). Awalnya Prancis kembali menginjakkan kaki ke kawasan Sahel Afrika pada tahun 2013 atas permintaan Mali.
Kala itu, pasukan militer khusus Prancis meluncurkan sebuah misi yang dikenal dengan nama "Operasi Serval". Operasi Serval adalah sebuah operasi darat dan operasi udara yang dalam operasinya telah mengantongi izin dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melawan militan Islam di Mali.
Misi perlawanan terhadap militan Islam tersebut kemudian digantikan oleh Operasi Barkhane pada. Operasi Barkhane adalah operasi anti-teror Prancis yang skalanya lebih luas. Operasi tersebut menargetkan militan Islamis di seluruh Sahel, termasuk Mali dan Burkina Faso.
Namun pada Februari 2022, pasukan militer Prancis mulai ditarik dari Mali karena Mali menyewa Wagner. Kala itu, sebagian dari mereka tetap berada di Burkina Faso.