Mohon tunggu...
Tirta Adithiya nugraha
Tirta Adithiya nugraha Mohon Tunggu... Lainnya - sedikitpi mahanganggur

bercita - cita menjadi elit global dan penerbang roket

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Siklus Pertama: Petualangan Seekor Sapi

19 Oktober 2020   12:41 Diperbarui: 19 Oktober 2020   12:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai para oligarki–oligarki muda, dengarkanlah

Seruku kepadamu. Akulah Sang pengembala yang

Menuntut sapi–sapinya menuju cahaya terang

Membakar, kan kubuat kalian takjub akan

Padang rumput yang menghijau bertanah

Hara. Lepaskan dahulu wajahmu lalu

Benamkan baik – baik suaramu dalam

Nanah yang mendidih itu. kan kutuntun kalian

Menuju tanah yang dijanjikan, tanah para

Oportunitif yang telah menunggu di jurang

Keruhanian.

Bentangkan kaki kalian dan merangkaklah

Menciumi tanah, rasakan setiap gerugi batu

Yang menusuk disepanjang jalan. Lafazkanlah!

La progrecio…!!! La progrecio…!!! La progrecio!

Disepanjang jalan. Itu adalah pertanda Kalian

siap untuk digembala akan dogma yang

Kuajarkan, menuntun kalian kepada Varhala yang

Dijanjikan dalam kitab – kitab kami. Tumpahkan

Darah – darah kalian dan jadilah satu dengannya.

Saksikanlah kaki – kaki kami di bawah sana. Kaki

Itu selamanya kalian lihat, tunduklah!

Layaknya sapi yang sesungguhnya. Wahai kau –

kau para oligarki muda! Tanamkan baik – baik keabadian

Ini kepada kalian, aku akan terus mengulangkan

Dalil itu disepanjang mati kalian. Dilahirkannya

Kalian kembali, dan taatnya kalian dalam agama

Kami.

Agama yang menjanjikan surga materil, agama

Yang menampikkan kebohongan di bawah

kaki, menafaskan keadilan di wajah dan tangan kiri, agama

Yang menjunjung tinggi kemunafikan di atas

Segalanya! La progrecio..!!! La progrecio…!!!

La progrecio…!!!

Imanilah agama itu karena aku

Akan mencarimu, menarikmu masuk

Bermandikan darah bersama mereka

Sapi sepertimu yang tersesat dan ingin

Dipulangkan pada habitatnya, yang

Disebut rumah.

Rumput dimana pelangi menjulang

berwarna terang, sesembahan kepada berhala,

Yang Mulia! Larilah! sejauh manapun kan

kukejar, Kutarik kau kembali kemari dan

berhenti menyesal karena kami adalah

kalian dahulu La progrecio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun