Pembunuh itu bernama Pesimis
Ia telah membunuh Optimis kita...
Â
Kita..
Pesimis, bukan karena tidak mau optimis..
Pesimis, karena terbunuh sejak dijajah diri ilusi yang gelap,
Maka hilang optimis...
telah hilang ingatan bagaimana caranya optimis..
Iya, terbunuh pesimisÂ
Â
Pesimis, ketika para pejabat tidak melihat rakyat yang menangis..
Pesimis, ketika manusia sudah semakin bengis..
Pesimis, ketika sumber daya alam yang harusnya untuk rakyat semakin terkikis..
Pesimis, ketika para pelajar tidak lagi punya semangat belajar yang berlapis..
Â
Pesimis, ketika…
Pemimpin, yang telah lupa bagaimana caranya menangis...
Akan tega menjadi bengis dan apatis..
Korupsi, kolusi dan nepotis adalah bentuk warisan kolonialis,
Yang harusnya di berantas habis..
Â
Lantas, aku lupa itu optimis..
Â
Yang aku ingat hanyalah …
Bagaimana caranya menjadi pribadi yang reformis..
Bagaimana menjadi Aktifis yang  mengenal medan juang yang likunya tidak statis..
Â
Optimis, jangan kau terbunuh oleh pesimis..
Â
Pesimis,
Hilanglah kau dari dunia…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H