Mohon tunggu...
Adi Tirajasa
Adi Tirajasa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Setiap mimpi memiliki harga yang harus dibayar untuk menjadikannya nyata.\r\n\r\n@Aditfiksianer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Doktor Seuss

30 September 2014   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pernah memeluk saudaramu?", Mikael bertanya pada drone itu. Ia mengutak-atik sesuatu di badan mesin itu lalu menjatuhkan dirinya dengan hanya memegang bagian kanan senjata drone tadi. Ia menghentakkan dirinya sekuat - sekuatnya lalu bergelantung pada senjata mesin. Tak ayal, Drone itu pun tersentak dan menikung tajam, Bersama lengkingan, Mikael melepaskan drone tersebut. Membuat mesin pembunuh itu berputar-putar dengan cepat menyambut drone terakhir yang terbang menuju Mikael.

"Zzdarrrr... Bzzzttt... Zzdaarrr!", suara ledakan keras terdengar. Kedua drone tersebut saling menabrak, meledak beruntun dan hancur berserakan. Ternyata drone terakhir terkena ledakan baterai drone tunggangan Mika sesaat setelah drone pertama ditembaki oleh drone terakhir.

Mika terjun bebas ke dalam sungai. Tenggelam sesaat lalu muncul kembali kepermukaan. Ia menenangkan sejenak nafasnya yang terputus-putus.

"Kamu tak apa?", Mika menanyakan kondisi Helen.

"Bodoh, seharusnya aku yang bertanya begitu!", Helen membentak mika, tangannya ia pukulkan keras diatas permukaan sungai. Kesal, kuatir, takut, gusar, dan protes.

"Baiklah, kuanggap itu ya!", Mika malah terkekeh.

Mentari sudah tenggelam. Kedua insan itu berusaha berenang ke tepian. Karena sudah tidak mungkin lagi mereka melanjutkan arung jeram-nya dengan keadaan dan kondisi seperti ini. Ingin rasanya cepat beristirahat namun semua sepertinya belum akan berakhir. Ledakan enam drone adalah seperti sinyal S.O.S yang akan memanggil lebih banyak drone lagi untuk datang menyerbu. Ini tak baik, sungguh tak baik! Sebenarnya pikiran Mika kalut, tapi ia berusaha untuk tidak menunjukkannya. Pikirnya masih ada sekitar 30 menit lagi hingga drone -drone lain yang menyusul dari markas musuh bisa tiba di tempat ini.

Belum sampai mereka ke pinggiran sungai. Sebuah cahaya terang bergerak dengan cepat dari arah hilir sungai.

"Sial! Speedboat!", Mika mengeluh ini adalah kemungkinan yang meleset dari perhitungannya. Ia sama sekali lupa memikirkan serangan musuh dari air!

"Ayo cepat, cepat, cepat!", Mika memburu kayuhan tangannya. Tiba ditepian mereka mencoba untuk berlari, namun sulit akibat genangan lumpur dibawah sana mengisap kaki mereka.

Susah payah mereka sampai di dataran kering, ternyata keduanya tak menemukan tempat untuk bersembunyi. Karena di sisi sungai itu ada sebuah tebing tinggi yang sulit untuk dipanjat. Kali ini keduanya terlihat pasrah. Lebih-lebih speedboat itu telah menerangi mereka dengan lampu sorot yang sangat menyilaukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun