Mohon tunggu...
Tiopan Sipahutar
Tiopan Sipahutar Mohon Tunggu... Konsultan - Doktor Kesehatan Masyarakat

TIOPAN SIPAHUTAR, merupakan lulusan Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia. Berhasil menyelesaikan pendidikan doktor dalam 2,5 tahun, Tio (sebagai nama panggilan) sudah aktif meneliti dan bahkan menjadi aktivis penanganan stunting di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga saat ini, aktif menjadi pengajar tidak tetap di FKM UI, menulis buku dan artikel kesehatan, dan menjadi konsultan untuk lembaga non pemerintah dan pemerintah. Beliau sudah menerbitkan beberapa tulisan ilmiah terkait stunting dan juga buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Revisit Definisi dan Intervensi Stunting di Indonesia

20 Mei 2024   21:29 Diperbarui: 24 Mei 2024   10:41 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara pemprov NTB untuk menurunkan angka stunting salah satunya dengan mmanfaatkan peran aktif posyandu. (Shutterstock via Kompas.com)

- Intervensi yang fokus pada individu membuat penanganan pada tingkat populasi tidak berjalan maksimal. Intervensi yang hanya berfokus pada tatanan individu misalnya kepada anak atau kepada ibu membuat penanganan stunting pada tingkat populasi tidak dapat berjalan dengan maksimal. 

Pada prinsipnya, intervensi harus dilakukan pada tatanan masyarakat karena stunting berfungsi sebagai sinyalemen bahwa lingkungan di daerah tersebut sedang tidak baik-baik saja (baik dalam tingkatan rumah tangga atau masyarakat). 

Oleh karena itu, apabila pada suatu daerah memiliki prevalensi stunting yang tinggi, maka yang terlebih dahulu harus diketahui adalah bagian mana saja dari lingkungan tersebut yang sedang terganggu. Kerangka konseptual WHO dapat dijadian acuan sebagai kerangka pikir.

- Intervensi stunting bukan untuk memperbaiki tinggi badan. Seperti yang sudah dituliskan sebelumnya, intervensi stunting tidak seperti sedang melakukan intervensi terhadap suatu penyakit. 

Sebagai contoh, seorang anak yang saat pengukuran memiliki HAZ < -2 SD maka anak tersebut diberi intervensi hanya untuk menaikkan tinggi badan. Apabila demikian, maka intervensi yang dilakukan tidak dapat menyelesaikan masalah yang sesungguhnya yaitu masalah tumbuh kembang. 

Jika hanya fokus kepada peningkatan tinggi, maka permasalahan lain yang terkait dengan stunting seperti tingkat partisipasi sekolah yang rendah, anak yang tidak berprestasi, memiliki penghasilan rendah pada usia dewasa, dan cenderung lebih rentan terhadap penyakit degeneratif tidak dapat terselesaikan.

Mungkinkah Prevalensi Stunting Turun 7,5 persen dalam Setahun?

Jika berdasarkan kepada teori serta pengalaman intervensi stunting, sangat kecil kemungkinan prevalensi stunting akan turun menjadi 14% dalam satu tahun ini. 

Intervensi stunting yang saat ini lebih dominan dilakukan adalah intervensi secara individu dimana misalnya seorang anak yang tidak naik berat badan sebanyak dua kali berturut-turut akan mendapatkan PMT, ibu hamil yang mengalami KEK akan mendapatkan PMT, dll; intervensi seperti ini memberikan efek yang lambat terhadap peningkatan tinggi badan, sehingga sangat kecil kemungkinan dengan memberikan PMT maka akan secara otomatis akan meningkatkan tinggi badan dalam waktu yang cepat. Itulah sebabnya, mengukur prevalensi stunting setiap tahun dirasa kurang tepat.

Penulis berpendapat, kita perlu melakukan evaluasi secara menyeluruh terkait dengan intervensi stunting. Evaluasi yang dimaksud adalah bukan saja dalam ranah angka yang tidak mencapai target, tetapi lebih kepada substansi stunting itu sendiri seperti menyepakati bersama definisi stunting, bahwa stunting bukanlah penyakit, kegunaan dari stunting dalam intervensi kesehatan masyarakat, serta pendekatan yang berbasiskan wilayah.

Sebaiknya, kita tidak hanya fokus kepada angka saja tetapi lebih besar daripada itu adalah melakukan intervensi terhadap faktor-faktor mendasar seperti peningkatan ekonomi masyarakat, meningkatkan pendidikan dan pengetahuan masyarakat, meningkatkan sistem layanan kesehatan masayrakat, meningkatkan akses masyarakat terhadap lingkungan yang bersih, air bersih, dan sanitasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun