Saat ini stunting dijadikan sebagai pengklasifikasi tingkat individu dari suatu penyakit dalam penelitian-penelitian epidemiologi, sebagai gambaran langsung dari kondisi kekurangan gizi pada anak, dan sebagai indikator outcome untuk mengevaluasi efektifitas program kesehatan masyarakat dan sosial. Bahkan, apa yang saat ini sedang dilakukan adalah stunting digunakan untuk melakukan diagnosis apakah seseorang mengalami kurang gizi atau tidak dengan hanya melihat tinggi badan.Â
Kesalahan Pengertian dan Interpretasi Stunting Serta Dampaknya
Pemahaman serta interpretasi yang kurang tepat terhadap stunting dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap penanganan permasalahan yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Beberapa kekurangan yang terjadi antara lain:Â
- Stunting yang hanya diukur dengan pengukuran antropometri dapat mengaburkan masalah yang sebenarnya. Mengacu kepada survei yang dilakukan di Indonesia, seseorang yang memiliki nilai HAZ < -2 SD dari hasil pengukuran antropometri disebut sebagai stunting.Â
Namun demikian, sesungguhnya stunting bukan hanya bicara tentang pengukuran antropometri tetapi juga ada substansi tumbuh kembang yang saat ini tidak diukur saat melakukan pengumpulan data.Â
Seorang anak yang pendek, tidak serta merta dapat dilabel sebagai anak stunting (sesuai definisi WHO). Pelabelan yang dilakukan seperti ini tidak dapat membedakan anak pendek yang sehat dan anak pendek/tidak pendek yang mengalami gangguan tumbuh kembang.Â
Anak yang mengalami tumbuh kembang tetapi pada saat pengukuran antropometri tidak memiliki HAZ <-2 SD tidak akan disebut sebagai stunting karena stunting yang masih hanya fokus kepada hasil pengukuran antropometri.Â
Masalah tumbuh kembang anak di Indonesia mungkin saja lebih besar dari 21,5 persen namun tertutupi oleh besaran angka stunting yang cenderung semu. Oleh karena itu, melakukan pengukuran stunting hanya dengan pengukuran antropometri dapat mengaburkan masalah yang sebenarnya.
-Â Stunting diposisikan seakan-akan menjadi diagnosis klinis yang membedakan anak yang sedang mengalami sakit dan yang tidak sakit dengan menggunakan ambang batas HAZ < -2 SD.Â
Waterlow sebagai pencetus awal dari penggunaan istilah stunting menyatakan bahwa tujuan dari dibuatnya klasifikasi pengukuran tinggi badan (HAZ < -2SD) adalah untuk menilai situasi dan berguna sebagai petunjuk untuk aksi kesehatan masyarakat pada tingkat populasi.Â
Menurut Yip dan Scanlon tahun 1994, tidak ada dasar biologis untuk nilai ambang batas -2 SD yang saat ini sedang berlaku. Dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa risiko terhadap kejadian yang tidak diinginkan termasukan kematian, tidak berubah secara drastis ketika melewati nilai ambang batas tersebut. Karena kurang sensitif-nya efek dari nilai ambang batas ini, maka nilai ambang batas yang digunakan saat ini tidak dapat digunakan untuk menggolongkan stunting sebagai sebuah sindrom atau sakit.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya