Mohon tunggu...
Tiopan Sipahutar
Tiopan Sipahutar Mohon Tunggu... Konsultan - Doktor Kesehatan Masyarakat

TIOPAN SIPAHUTAR, merupakan lulusan Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia. Berhasil menyelesaikan pendidikan doktor dalam 2,5 tahun, Tio (sebagai nama panggilan) sudah aktif meneliti dan bahkan menjadi aktivis penanganan stunting di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga saat ini, aktif menjadi pengajar tidak tetap di FKM UI, menulis buku dan artikel kesehatan, dan menjadi konsultan untuk lembaga non pemerintah dan pemerintah. Beliau sudah menerbitkan beberapa tulisan ilmiah terkait stunting dan juga buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia, Data, dan Pandemi Covid 19

9 Mei 2020   21:04 Diperbarui: 9 Mei 2020   20:57 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika saja perencanaan di tingkat kabupaten/ kotamadya menggunakan data BPS, maka seharusnya ketimpangan tidak terlalu besar di masyarakat; tetapi apakah data yang dikeluarkan setiap tahunnya dari BPS sudah benar-benar mencerminkan kondisi masyarakat sesungguhnya? Atau apakah ada perbedaan penetapan kriteria penduduk miskin? Namun, apapun intinya, masalah ini sangat terkait dengan data!

Hasil melakukan penelurusan terhadap data persentase penduduk miskin yang tercantum pada Kabupaten Dalam Angka dengan Laporan Kemiskinan BPS pada tahun yang sama yaitu 2018 menemukan dua poin berikut:

  • Sebanyak 18 kabupaten tidak memiliki data kemiskinan
  • Sebanyak 122 daerah memiliki perbedaan data persentase penduduk miskin lebih dari 1% antara data yang tersedia di dalam Kabupaten Dalam Angka dan Laporan Data dan Informasi Kemiskinan BPS.

Hal ini menggambarkan betapa negara kita kekurangan data yang tepat. Dalam hal ini, data mana yang akan dipakai? Data mana yang benar? Apakah dinas sosial memiliki lagi data yang lain?  Melihat hal ini, sangatlah wajar apabila terjadi perbedaan-perbedaan dan kisruh-kisruh dalam pembagian bantuan sosial baik pada masa pandemi; lha wong sumber data nya saja tidak tahu pakai yang mana? Apa mungkin data penduduk miskin akan lebih valid saat dekat Pilkada? Hmmm...

Belajar dari hal ini, negara kita harus berbenah terkait urusan dengan data. BPS yang mengeluarkan data kemiskinan harus dapat memastikan data tersebut benar sehingga pemerintah daerah dapat menjadikannya sebagai acuan dalam membuat kebijakan. Sekarang ini, kita baru bicara data kemiskinan, kita belum bicara data lain misalnya angka penggangguran, angka perceraian, dll. Satu variabel ini saja kita morat marit, gimana dengan yang lain....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun