Mohon tunggu...
Tiopan Sipahutar
Tiopan Sipahutar Mohon Tunggu... Konsultan - Doktor Kesehatan Masyarakat

TIOPAN SIPAHUTAR, merupakan lulusan Doktor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia. Berhasil menyelesaikan pendidikan doktor dalam 2,5 tahun, Tio (sebagai nama panggilan) sudah aktif meneliti dan bahkan menjadi aktivis penanganan stunting di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga saat ini, aktif menjadi pengajar tidak tetap di FKM UI, menulis buku dan artikel kesehatan, dan menjadi konsultan untuk lembaga non pemerintah dan pemerintah. Beliau sudah menerbitkan beberapa tulisan ilmiah terkait stunting dan juga buku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting dan Netizen di Indonesia

14 Oktober 2019   20:25 Diperbarui: 14 Oktober 2019   21:01 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sudah cukup lama menjadi perhatian seluruh dunia. Namun demikian, mungkin tidak banyak masyarakat yang tahu atau bahkan mendengar istilah stunting. 

Hal ini dapat dimaklumi karena baru dalam beberapa tahun terakhir ini isu stunting diangkat dan menjadi perhatian Bapak Presiden Jokowi sejak tahun 2016. Stunting kembali kembali menggema menjadi topik panas manakala hal ini dibahas dalam debat cawapres yang berlangsung pada Minggu,17 Maret 2019. 

Seperti diketahui, stunting hingga saat ini masih menjadi permasalahan dunia. World Bank, WHO dan UNICEF memperkirakan ada 22,2% atau 150,8 juta anak balita di seluruh dunia mengalami stunting pada tahun 2017 dan Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting keempat terbesar di seluruh dunia. 

Kenyataan ini tidaklah mengherankan karena berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Kementrian Kesehatan tahun 2018 ditemukan bahwa masih ada 30,8 persen anak balita Indonesia mengalami stunting secara nasional. Meskipun persentase ini mengalami penurunan dari tahun 2013 (37,2%) tetapi persentase balita stunting di Indonesa masih masuk kategori tinggi berdasarkan WHO.

Belum seluruh masyarakat mengetahui mengenai stunting padahal seharusnya masyarakat harus tahu isu mengenai stunting dan cara pencegahannya. Netizen merupakan bagian dari masyarakat yang memanfaatkan waktunya untuk menggali atau berbagai informasi melalui media sosial. Terkait dengan ini, peneliti ingin melihat bagaimana netizen menanggapi isu stunting di twiter. 

Untuk ini, peneliti melakukan penelurusan menggunakan Drone Emprit. Tentunya, analisis ini tidak mewakili seluruh masyarakat Indonesia akan tetapi dapat menjadi gambaran tren masyarakat dalam hal ini terkhusus mereka yang aktif di twiter, terkait dengan stunting. Penulis melakukan penelusuran/ pengambilan data dalam rentang 1 Januari 2019 -- 14 Oktober 2019.

Dalam rentang 1 Januari 2019 hingga 14 Oktober 2019, diketahui bahwa total 10.616 cuitan di twiter yang terkait dengan stunting. Selama periode waktu tersebut, cuitan stunting paling banyak di-mention pada bulan September -- Oktober 2019. 

Cuitan tentang stunting mulai meningkat di bulan September 2019 yaitu sebanyak 5625 cuitan, dan pada pertengahan Oktober, cuitan stunting mencapai 4945 cuitan. Tidak diketahui jelas apa yang menjadi motif seluruh cuitan stunting dalam twiter, namun beberapa dapat terlihat bahwa ada yang men-cuit stunting untuk memberikan informasi terkait program stunting, ada yang dimaksudkan untuk menyindir kinerja pemerintah disebabkan banyaknya peristiwa-peristiwa atau masalah- masalah di dalam negeri yang terjadi selama bulan September hingga Oktober antara lain kebakaran hutan, revisi UU KPK, serta revisi RUU KUHP; ada juga yang hanya sekedar membuat stunting sebagai candaan. 

Jika dilihat dari sentimen analisis, diketahui bahwa cuitan terkait stunting  81% memiliki sentimen negatif, dan sisanya hanya 12% yang memiliki sentiment positif terkait stunting dan 7% yang bersifat netral. 

Hal ini kemudian memperkuat bahwa kemungkinan, cuitan stunting yang beredar lebih sedikit yang bersifat informasi atau bersifat optimis sebaliknya cuitan stunting kemungkinan digunakan untuk menyindir atau bersifat kemarahan dan kekecewaan (pesimis). Jika dilihat cuitan netizen tentang stunting berdasarkan hari, mereka paling sering melakukan cuit pada hari Rabu lalu diikuti pada hari Kamis dan jika dilihat berdasarkan jam, mereka paling sering melakukan cuit pada jam 08.00 hingga jam 11 pagi. 

Jika dilihat secara sekilas, sepertinya tidak semua cuitan netizen mengenai stunting sesuai, ada cuitan yang tidak menuliskan kata stunting tetapi gizi buruk seperti pada gambar di bawah ini, atau memang menjadikan cuitan ini sekedar sebuah candaan saja, namun demikian ada yang melakukan cuit untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencegah stunting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun