Mohon tunggu...
TION ISWANTO
TION ISWANTO Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Torehkan Sejarah Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Berharap Pertolongan Orang Lain

24 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Satu kenyataan yang harus kita sadari segera bahwa tidak ada orang yang akan menolong kita terus-menerus untuk waktu yang sangat lama. Tidak ada orang yang terus berada di samping kita dalam kesusahan yang sangat lama.

Sebagai manusia, berharap memang merupakan suatu hari yang wajar, namun sebaiknya kita tidak terlalu berharap kepada orang lain, sebab hal tersebut justru akan sangat beresiko lebih mengecewakan.

Jika segala yang kita inginkan tidak sesuai dengan apa yang kita mau hari ini, mereka mungkin bisa menolong kita dengan meminjamkan uang untuk kebutuhan hari-hari, tapi mereka tidak akan selamanya bisa bantu kita, loh.

Mereka yang hari ini menolong kita saat kita tidak punya uang untuk makan atau beli susu anak, itu tidak akan selamanya melakukan hal itu terus-menerus. Mereka akan berhenti melakukannya pada saatnya nanti. Akan ada masa di mana mereka akan berhenti melakukan pertolongan dengan berbagai macam alasan.

Kita mau marah, kita mau kecewa, berarti kita orang yang tidak tahu diri dong, sudah dibantu. Tapi, karena mereka berhenti memberi bantuan, maka kita menganggap mereka sama sekali tidak membantu, padahal sudah berapa lama mereka bantu kita, kasihan sekali hidupmu kalau selalu hidup dengan berharap bantuan orang lain.

Jadi, satu hal yang pasti bahwa tidak ada orang yang selalu mau menolong kita, dan satu lagi, orang akan sampai pada titik jenuh untuk membantu kita kalau kita tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, karena setiap orang akan kembali pada semua hal yang menjadi tanggung jawab pokok mereka. Kehidupan orang yang mau membantu kita itu tidak selalu berada di atas.

Ada fase di mana dia juga harus survive terhadap hidup mereka sendiri. Maka, hadapilah ketakutan itu dan hadapilah kenyataan itu. Berjuanglah untuk selalu tidak berharap kepada orang lain. Intinya, kehidupan kita adalah tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain. 

Jangan selalu mengharapkan orang lain membahagiakan kita, sebab mereka juga punya hak bahagia dengan cara mereka. Jangan paksakan mereka untuk selalu berbagi kepada kita, sebab mereka juga ingin membaginya dengan orang lain.

Kebanyakan kita gagal menjadi sukses dan bahagia berhasil dalam kehidupan lantaran terlalu mudah berpikir bahwa semua orang itu akan membantu kita, berharap teman yang bekerja di suatu tempat memberikan lowongan pekerjaan, berharap teman yang punya uang meminjamkan modal kepada kita, berharap teman yang ahli pada suatu bidang tertentu bisa memberikan ilmunya secara gratis, dan mendampingi kita sampai berhasil. 

Halo, ingatlah, tidak akan ada orang yang selalu membawa makan siang gratis, kemeja kita dengan cuma-cuma setiap harinya. Lupakan itu dan hadapi hidup kita secara real tanpa harus bergantung kepada orang lain.

Hidup itu tidak bisa dibuat bercanda. Hidup itu tidak bisa dibuat lemah. Justru banyak keadaan di mana kita harus berjuang sendiri, merangkak dari bawah tanpa seorangpun yang melihat kita. Jangan sedih, karena memang begitu rumusnya. Bahkan terkadang dalam rumah tangga. Sekalipun kita tidak bisa berharap pada pasangan kita untuk berjuang untuk ikatan pernikahan kita.

Jika ingin rumah tangga kita sakinah, mawaddah, warahmah, tentram, dan menyenangkan. Jangan berharap pasangan kita yang melakukan, justru kita sendiri lah yang harus memulai untuk memperjuangkan hal tersebut.

Banyak yang akhirnya merasa sendirian dalam berjuang untuk keluarga, karena dia tidak paham bahwa memang pada akhirnya hanya kita sendiri yang bersedia berjuang untuk mencapai tujuan kita. 

Orang lain hanya mungkin mampir dan mendukung selama itu juga menjadi impian mereka. Setelah itu, mereka akan pergi dan mereka akan mengejar mimpi mereka masing-masing. Berharap pada seseorang boleh berlebihan. Jangan jika harapan kita yang kita bangun terlalu tinggi, peluang untuk sakit hati itu sangat besar.

Apalagi, ketika kita berharap dan dia tidak memberikan respon yang kita inginkan. Kita tidak bisa memaksa keinginan seseorang, dia hak untuk menentukan keputusan mana yang hendak dia pilih. Kenapa kita tidak terlalu berharap? Bukankah itu hak setiap orang? Ya benar sih, memang itu hak setiap orang, namun ada alasan-alasan. 

Mengapa sebaiknya kita tidak terlalu berharap dengan orang lain? Yang pertama, berharap dengan orang lain berpeluang untuk sakit hati. Ketika hati sudah tersakiti, akan susah untuk diobati. Apalagi, jika perasaan sakit tersebut tertanam terlalu dalam, meskipun dicabut, bekasnya tetap akan selalu ada. Itulah gambaran yang akan kamu rasakan.

Siapa nanti akan disalahkan? Ya, pada akhirnya kita sendiri yang akan disalahkan, karena kita telah pencipta sakit hati tersebut. Alasan yang berikutnya adalah memunculkan rasa bersalah dan penyesalan. Situasi ini akan terjadi ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, lalu akhirnya menyesal, kenapa kita terlalu berharap, dan membuat kita akhirnya menunggu. Menunggu jika yang ditunggu memberikan kepastian, itu tidak masalah.

Namun, jika sebaliknya. Bukankah malah menimbulkan rasa kecewa, akhirnya menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai dengan ekspektasi. Alasan yang terakhir adalah menimbulkan trauma. Bagaimana bisa, tentu saja bisa, bila kamu sudah sangat berharap, dia bertingkah seolah mengiyakan, tapi pada kenyataannya meninggalkan. 

Perasaan terlalu berharap itu akan membunuhmu sendiri. Jangan sampai kamu menancapkan luka dengan ulahmu sendiri. Trauma tidak selalu mudah untuk diatasi, banyak orang karena trauma susah untuk percaya kembali. Jangan terlalu yakin dengan apa yang kamu inginkan. Segala hal yang menyangkut harapan belum tentu akan ada kejadiannya.

Inilah membuat kita untuk cerdas mengatur kadar harapan kita. Jangan sampai waktu kita sia-sia untuk menunggu hal yang tidak pasti, apalagi menunggu hal yang sebenarnya tidak pasti dan tidak sesuai dengan harapan kita, tapi tetap kita tunggu. Bukankah itu sebuah kebodohan?

Jalan masih panjang, fokus ke hal lain yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, daripada menunggu dengan kesia-siaan yang membuat kita jatuh ke lubang harapan. Jadi, berharaplah pada seseorang sewajarnya saja. Kita harus menghadapi ketakutan kita, kita harus menyelesaikan apa yang harusnya kita selesaikan.

Jangan terlalu berharap dan jangan terlalu menuntut orang lain untuk melakukan bagiannya, karena kamu bukan selalu menjadi prioritasnya. Adakalanya, mereka punya banyak pilihan yang prioritas, dan itu bukan melulu tentang kamu.

Segera ambil kontrol terhadap hidupmu sendiri, cara tersebut akan lebih mudah untuk keluar dari ketergantungan kepada orang lain, karena satu-satunya orang yang setia pada diri kita adalah diri kita sendiri. Ambil keputusan dan jangan menunggu orang lain melakukannya untuk dirimu.

Jangan terlalu berharap pada orang lain, daripada menjadi seseorang yang membutuhkan orang lain, jadilah seseorang yang selalu dibutuhkan. Orang lain harus diingat, sekecil atau sedikit apapun yang kita beri, itu jauh lebih baik daripada kita harus menerima.

Berharaplah pada Tuhanmu, jangan kepada orang lain, karena bayanganmu sendiri akan meninggalkan dirimu pada kegelapan malam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun