Mohon tunggu...
TION ISWANTO
TION ISWANTO Mohon Tunggu... Editor - Penulis

Torehkan Sejarah Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stop Berharap Pertolongan Orang Lain

24 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   08:07 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika ingin rumah tangga kita sakinah, mawaddah, warahmah, tentram, dan menyenangkan. Jangan berharap pasangan kita yang melakukan, justru kita sendiri lah yang harus memulai untuk memperjuangkan hal tersebut.

Banyak yang akhirnya merasa sendirian dalam berjuang untuk keluarga, karena dia tidak paham bahwa memang pada akhirnya hanya kita sendiri yang bersedia berjuang untuk mencapai tujuan kita. 

Orang lain hanya mungkin mampir dan mendukung selama itu juga menjadi impian mereka. Setelah itu, mereka akan pergi dan mereka akan mengejar mimpi mereka masing-masing. Berharap pada seseorang boleh berlebihan. Jangan jika harapan kita yang kita bangun terlalu tinggi, peluang untuk sakit hati itu sangat besar.

Apalagi, ketika kita berharap dan dia tidak memberikan respon yang kita inginkan. Kita tidak bisa memaksa keinginan seseorang, dia hak untuk menentukan keputusan mana yang hendak dia pilih. Kenapa kita tidak terlalu berharap? Bukankah itu hak setiap orang? Ya benar sih, memang itu hak setiap orang, namun ada alasan-alasan. 

Mengapa sebaiknya kita tidak terlalu berharap dengan orang lain? Yang pertama, berharap dengan orang lain berpeluang untuk sakit hati. Ketika hati sudah tersakiti, akan susah untuk diobati. Apalagi, jika perasaan sakit tersebut tertanam terlalu dalam, meskipun dicabut, bekasnya tetap akan selalu ada. Itulah gambaran yang akan kamu rasakan.

Siapa nanti akan disalahkan? Ya, pada akhirnya kita sendiri yang akan disalahkan, karena kita telah pencipta sakit hati tersebut. Alasan yang berikutnya adalah memunculkan rasa bersalah dan penyesalan. Situasi ini akan terjadi ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, lalu akhirnya menyesal, kenapa kita terlalu berharap, dan membuat kita akhirnya menunggu. Menunggu jika yang ditunggu memberikan kepastian, itu tidak masalah.

Namun, jika sebaliknya. Bukankah malah menimbulkan rasa kecewa, akhirnya menyalahkan diri sendiri karena tidak sesuai dengan ekspektasi. Alasan yang terakhir adalah menimbulkan trauma. Bagaimana bisa, tentu saja bisa, bila kamu sudah sangat berharap, dia bertingkah seolah mengiyakan, tapi pada kenyataannya meninggalkan. 

Perasaan terlalu berharap itu akan membunuhmu sendiri. Jangan sampai kamu menancapkan luka dengan ulahmu sendiri. Trauma tidak selalu mudah untuk diatasi, banyak orang karena trauma susah untuk percaya kembali. Jangan terlalu yakin dengan apa yang kamu inginkan. Segala hal yang menyangkut harapan belum tentu akan ada kejadiannya.

Inilah membuat kita untuk cerdas mengatur kadar harapan kita. Jangan sampai waktu kita sia-sia untuk menunggu hal yang tidak pasti, apalagi menunggu hal yang sebenarnya tidak pasti dan tidak sesuai dengan harapan kita, tapi tetap kita tunggu. Bukankah itu sebuah kebodohan?

Jalan masih panjang, fokus ke hal lain yang lebih bermanfaat dan lebih tepat, daripada menunggu dengan kesia-siaan yang membuat kita jatuh ke lubang harapan. Jadi, berharaplah pada seseorang sewajarnya saja. Kita harus menghadapi ketakutan kita, kita harus menyelesaikan apa yang harusnya kita selesaikan.

Jangan terlalu berharap dan jangan terlalu menuntut orang lain untuk melakukan bagiannya, karena kamu bukan selalu menjadi prioritasnya. Adakalanya, mereka punya banyak pilihan yang prioritas, dan itu bukan melulu tentang kamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun