Akhirnya saya dapat ke rumah sakit juga dan melakukan ronsen. Saat pemeriksaan sebelum dironsen pun dokter sudah memarahi kedua orang tua saya, kenapa baru dibawa bertemu ke dokter. Kenapa dipijat urut pada tulang yang luka.Â
Dokter sudah memiliki dugaan bahwa tulang saya patah. Dokter mengatakan, "Saya tidak dapat membayangkan linunya mbak menahan sakit tulangnya saat dipijat urut".Â
Hasil ronsen pun akhirnya keluar dan dijelaskan oleh dokter, bahwa tulang clavicula saya patah, menjadi dua bagian. Posisi patahannya sangat runcing di kedua sisi sehingga menusuk-nusuk daging.Â
Tindakan yang tepat adalah dilakukan pembedahan dan pemasangan pen untuk menyambung tulang yang patah. Jika tidak segera dioprasi tulang yang patah itu kondisinya akan buruk ksrena kesalahan pertolongan pertama dengan melakukan pemijatan. Sehingga kondisi tulang saya yang patah dikhawatirkan dapat menusuk paru-paru saya, jika tidak segera dioprasi.Â
Saya sangat terkejut, begitu pun orang tua saya. Teman-teman kalian pasti tau maindset masyarakat desa. Mereka tidak percaya dokter dan takut di bawa ke rumah sakit. Setelah tau kedaan separah itu pun, si penabrak tetap kekeh tidak mau kalau saya dioprasi.Â
Karena dia ketakutan untuk biaya oprasi yang tidak murah. Ia menyarankan pengobatan pijat urut lagi, untuk membenarkan posisipatahan tulang saya tanpa oprasi.
Orang tua saya sangat labil, saya terus menolak untuk pergi ke tukang  pinat urut lagi. Saya trauma dipijat urut, rasanya sangat sakit, menyiksa, dan malah bukannya sembuh tapi semakin parah. Tapi saya juga takut dioprasi, saya yang dari kecil tidak pernah ke rumah sakit sekali ke rumah sakit untuk oprasi.
Kebimbangan dan perdebatan terjadi sekitar dua hari, baru hari ketiga akhirnya orang tua saya memutuskan untuk membawa saya ke rumah sakit khusus tulang terdekat dari rumah saya. Tepat pada tanggal awal Mei 2020 aaya dapat dioprasi dan disambung tulang saya yang patah dengan satu pen yang terdiri atas 5 mur.
Alhamdulillah, oprasi berjalan lancar. Menghabiskan biaya belasan juta, dan setelah 3 bulan full hidup berdampingan dengan obat akhirnya saya bisa keluar dari rasa sakit.Â
Pada bulan Juli tulang saya dinyatakan sudah mulai menyambung. Kini saya tinggal menunggu untuk oprasi pengangkatan pen yang melekat pada tulang clavikula saya.
Sekian, terima kasih. Semoga pengalaman saya ini dapat diambil khikmahnya untuk pembaca sekalian. Kejadian ini yang melatarbelakangi akhirnya scoliosis saya terdeteksi di umur 21 tahun ini, seperti dalam artikel yang saya tayangkan sebelumnya.