Ada apa dan untuk apa di sana? Di Wureh tersimpan banyak ornamen yang sangat sakral, seperti patung-patung peninggalan dari bangsa Portugis. Terdapat Kapela Senhor atau Kapela Tuan Berdiri (Patung Tuhan Yesus dalam keadaan berdiri setinggi kurang lebih 2 meter). Ada upacara tradisi Kelahiran sampai Kenaikan Yesus Kristus dengan nyanyian dalam bahasa Portugis.
Sejak Rabu, 5 April 2023, ribuan para peziarah telah berdatangan ke Desa Wureh untuk berdoa; mendaraskan ujud, sembari memberi penghormatan dengan mencium kaki Tuan Berdiri. Persis di sisi kanan patung itu terdapat patung ayam jantan.
"Diperkirakan peziarah yang menyebrang pagi tadi (Rabu,5/4) sebanyak 20 roundtrip maka jumlah seluruhnya 1.680 orang peziarah yang masuk JTP Palo-Wureh," kata Yhitno Wada, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Flores Timur.
Begitupun pada Kamis, 6 April 2023, tampak orang-orang dari berbagai daerah terus berdatangan ke desa Wureh. Kenzhin Inna, salah satu peziarah dari Pulau Lembata menuturkan dirinya sudah dua kali berziarah ke Wureh.
"Ini kali kedua, yang pertama sudah sejak saya kecil. Di Kapela, umat berdiri sambil berdoa sejak dari luar Kapela untuk menunggu giliran mencium patung Tuhan Yesus atau Tuan Berdiri," ungkap perempuan bergigi gingsul itu.
"Kesannya terharu, senang, campur aduk. Sepanjang antri di tengah terik matahari, saya tidak merasa lelah. Haus dan lapar pun tidak. Sempat jatuhkan air mata ketika dalam Kapela, entah kenapa saya juga tidak tahu. Setelah menyampaikan segala ujud, hati saya rasanya plong, tenang dan damai," tandasnya.
Sekilas Tentang Patung Ayam Jantan
Jika Larantuka memliki kisah tentang penemuan patung Tuan Ma (Bunda Maria), maka di Wureh juga terdapat legenda beraoroma magis yang menyita rasa penasaran. Di samping patung Tuan Berdiri terdapat patung ayam jantan.
Menurut berbagai sumber, konon kisah patung ayam itu bermula dari seekor ayam jantan milik seorang penjual dari Pulau Solor. Wureh dulunya terdapat pasar yang cukup besar di dekat pantai. Setiap pagi pasar selalu ramai.
Si penjual ayam kemudian bertemu sorang calon pembeli dengan perawakan tinggi besar dan berewokan hendak membeli ayam tersebut. Namun karena si penjual ingin segera mengikuti doa pagi, mereka akhirnya menunda transaksi. Lalu bersepakat untuk bertemu kembali setelah selesai doa.
Waktu itu kapelanya terbuat dari bambu dan beratap rumbia, terletak di sekitar pasar. Sepulang dari doa pagi, ternyata si calon pembeli itu sudah menghilang, dan tak kunjung datang. Bahkan ayam milik si penjual itu juga sudah tak ada lagi di situ.