-Kakek membaca koran menyendiri dan nenek merasa diabaikan
-Nenek menghampiri kakek lalu duduk di sebelahnya dan menyandarkan kepalanya di bahu kakek sebelah kiri.
- Kakek merasa tindakan nenek adalah suatu demonstrasi
-Nenek merasa diolok-olok
- Kakek menyangkal prasangka nenek bahkan memuji tindakan nenek dengan membandingkan keberanian nenek dengan Ibu Kartini.
6.Gaya bahasa : bahasa yang digunakan dalam pementasan drama ini menggunakan bahasa Indonesia yang berlogat jawa.
7.Sudut pandang : Adapun sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam naskah drama "Sepasang Merpati Tua" karya Bakdi Soemanto adalah sudut pandang orang ketiga tunggal dimana pengarang menggunakan sapaan ibu-bapak.
8.Amanat : setelah disaksikan dari awal hingga akhir, kini terdapat amanat yang terkandung dalam drama tersebut Kreatifitas harus dibangkitkan, Bukan dengan konsep-konsep tetapi dengan merangsangnya dengan menggoncangkan jiwanya agar tumbuh keberaniannya menjadi diri sendiri. Tidak menjadi manusia bebek. Yang cuma meniru, meniru, meniru.
Selain terdapat unsur instrinsik dalam drama tersebut juga masih mengandung unsur ekstrinsik berupa adanya unsur-unsur yang membangun naskah drama "Sepasang Merpati Tua" karya Bakdi Soemanto dari luar (unsur ekstrinsik) adalah memuat nilai-nilai sosio-politik. Nilai-nilai ini dapat dilihat pada kutipan-kutipan berikut :
Kakek : Aku ingin jadi diplomat yang diberi pos di kolong jembatan saja...
Nenek : Ah, gila. Itu pekerjaan gila.