1. Pendekatan fisiologisÂ
Pendekatan fisiologis dilakukan dengan menggunakan efek sensory story untuk menurunkan temper tantrum anak autis dengan kesulitan modulasi sensorik (Jati, et al., 2012). Selain itu, sentuhan fisik berupa pelukan terbukti efektif mereduksi emosi anak autis karena memberikan efek rasa tenang, aman, dan terlindungi (Alawiyah & Salsabila, 2021).Â
2. Pendekatan kognitif
Penanganan berikutnya dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran (Rahmahtrisilvia, 2010). Â
Sebaiknya, dalam menerapkan pengembangan strategi pembelajaran untuk mengatasi perilaku tantrum autistik, para guru memerhatikan hal-hal seperti: (a) Penggunaan sarana atau ruangan yang tepat bagi anak autistik yang tantrum berupa ruangan yang bebas distraksi, lebih luas, dan aman dengan melapisi dinding menggunakan busa pengaman. (b) Perencanaan pembelajaran hendaknya berdasarkan kondisi dan perkembangan individu anak. (c) Guru hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran menciptakan suasana pembelajaran yang hangat.
3. Pendekatan Spiritual
Pendekatan spiritual telah dilakukan dengan menerapkan terapi audio murottal Al-Qur'an (Azzahid, et al., 2022; Sidhi, 2020). Selanjutnya, pendekatan spiritual terbaru dilakukan dengan berdasarkan pada hadits Rasulullah SAW, yakni "Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah" (HR. Abu Daud).
Hal tersebut menunjukkan jika dengan berdiri seseorang memungkinkan menyalurkan marahnya dengan memukul, maka dengan posisi duduk peluang tersebut akan berkurang, apalagi dalam posisi berbaring.Â
Dengan kata lain, perubahan posisi tubuh dapat mengatur kestabilan emosi seseorang. Begitu pula pada anak autis yang sedang temper tantrum, kesempatan untuk melakukan hal membahayakan lebih besar ketika dalam posisi berdiri daripada posisi duduk atau berbaring.
Lalu, bagaimana pelukan dapat menurunkan temper tantrum anak autis?
Ketika anak autis mengalami temper tantrum, otak akan memberikan sinyal ke tubuh untuk bereaksi. Otak akan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal di ginjal untuk melepaskan hormon adrenaline, sehingga jumlah adrenaline dalam darah dan kortisol meningkat.Â