Mohon tunggu...
Timotius Cong
Timotius Cong Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Penginjil

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seri 2: Mengapa Mujizat tidak terjadi saat Pandemi ini?

17 Mei 2020   14:40 Diperbarui: 23 Mei 2020   11:49 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bagian sebelumnya, saya mengatakan bahwa, doa bukan alat untuk meminta Tuhan melakukan apa yang kita kehendaki, tetapi menyediakan diri menjadi alat, untuk melakukan kehendak Tuhan. Sehingga jangan heran, kalau ada yang berdoa, agar Tuhan menghentikan badai, tidak Tuhan turuti. Malahan beredar kabar dari WHO, bahwa virus Corona tidak akan lenyap dari muka bumi ini. Kita diminta untuk mulai berdamai dengan Covid-19. 

Oleh sebab itu, kita akan membahas alasan kedua, mengapa ada Pendeta yang mengusir badai pandemi dan ekonomi, tetapi tidak berhasil? karena mereka keliru memahami arti Mujizat. 

2. Keliru Memahami arti Mujizat.

Banyak orang berpikir mujizat adalah kejadian spektakuler. Makanya, tidak heran ada pendeta yang berdiri di depan umum secara live menghardik badai Covid 19 agar pergi, tetapi badai Covid-19 dan ekonomi tidak berlalu. Mengapa ? Karena mujizat bukan seperti itu. Mujizat terbesar yang di maksud Alkitab adalah apa yang Allah lakukan bagi manusia yaitu Allah menjadi manusia, rela mati bagi manusia di salib, dan bangkit dari kematian. 

Oleh sebab itu, sebagian besar Mujizat yang terjadi di dalam Perjanjian Lama. Sebenarnya, memiliki nilai Kristologi. Misalnya, saat Musa melakukan mujizat, di mana anak-anak sulung orang Israel tidak mati, jika mereka mengoleskan darah anak domba di pintu mereka. Hal itu, menunjuk pada darah Kristus, yang akan menjadi meterai di dalam hati orang percaya pada Kristus.  Juga akan membebaskan kita dari kematian kekal. Demikian juga, saat Musa melakukan mujizat membelah laut menjadi dua. Hal itu mengambarkan bahwa Kristus membuka jalan bagi manusia yang berada di dalam kebuntuan dalam mencari jalan keselamatan. Melalui Kristus, kita bisa masuk ke dalam kerajaan surga, karena Dialah Jalan Kebenaran dan Hidup (Yoh. 14:6). Demikian dengan mujizat lainnya, juga memiliki arti Kristologi. Jadi mujizat dibuat bukan asal terjadi. Semuanya untuk membawa manusia melihat kepada Kristus yang akan datang.  

Di dalam Perjanjian Baru, kita bisa melihat pada apa yang Tuhan Yesus lakukan berkaitan dengan mujizat. Selama Tuhan Yesus hidup di dalam dunia ini. Sekalipun Tuhan Yesus melakukan mujizat. Jika anda selidiki, anda akan menemukan bahwa Tuhan Yesus tidak terlalu banyak melakukan mujizat, Mengapa? karena tujuan kedatanganNya bukan menyembuhkan orang sakit fisik menjadi sembuh, bukan membuat orang miskin menjadi kaya. Tetapi untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Hal ini bisa kita lihat, bahwa di dalam Alkitab, Tuhan Yesus hanya melakukan mujizat sebanyak kurang lebih 35 kali. Sekilas memang cukup banyak. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan jumlah hari pelayanan-Nya, akan terlihat sedikit. 

Berapa tahun Dia melayani? 3.5thn. Jika tujuan kedatangan Yesus adalah melakukan mujizat seperti yang dipahami oleh orang saat ini. Seharusnya Mujizat yang Tuhan Yesus lakukan melebihi 35 kali. Andaikata, kita berasumsi setiap hari paling tidak 2x Tuhan Yesus membuat mujizat, berarti  1 hari x 2x mujizat. Jika dikalikan jumlah hari, Tuhan Yesus aktif melayani seperti yang kita ketahui berjumlah 3.5 thn. Maka 912 hari x 2 mujizat/hari, total mujizat yang akan terjadi kurang lebih sebanyak 1825 mujizat. Tetapi Alkitab hanya mencatat bahwa Tuhan Yesus hanya melakukan mujizat kurang lebih 35 kali. Jadi tidak sampai 2 persen, mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, mengapa ? Karena tujuan kedatangan Tuhan Yesus bukanlah melakukan mujizat, tetapi mati di Salib untuk menebus manusia yang berdosa, agar beroleh keselamatan. Masalah orang sakit Tuhan Yesus berkata, silahkan ke dokter. "Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa (Markus 2:17)." Jelas bukan? Tuhan Yesus datang mencari orang berdosa, bukan orang sakit fisik. Oleh sebab itu, jika anda sakit, silahkan cari dokter bukan cari pendeta. Terkecuali anda sakit, kemudian merasa putus asa, baru datang ke Pendeta, tetapi terlebih dahulu pergi ke dokter. Demikian juga para pendeta, tugas kita bukan untuk mengobati orang sakit fisik, itu bukan bidang kita. Apalagi, ada pendeta yang lebih ekstrem lagi, mengajarkan bahwa jika sakit, cukup berdoa dan beriman, tidak perlu ke dokter dan tidak perlu minum obat. Realitanya saat pendeta tersebut sakit. Saya menemukan mereka juga ke dokter dan minum obat. Jadi masalah penyakit fisik, serahkan lah kepada ahlinya. Tugas kita adalah menguatkan, menghibur dan membawa orang kepada Kristus. 

Selain itu, mujizat dalam arti peristiwa spektakuler, bukan hal penting bagi pelayanan Yesus, juga bisa dilihat saat Tuhan Yesus pergi ke kolam Betesda. Padahal di sana banyak orang sakit (Yoh. 5:3). Apakah Tuhan Yesus menyembuhkan semua orang sakit disana? Tidak, bukan?Berapa orang yang Tuhan Yesus sembuhkan diantara banyak orang sakit? Hanya satu, yaitu orang lumpuh (Yoh. 5:8-9). Mengapa di kolam Betesda, di mana banyak orang sakit, tetapi hanya satu orang yang Tuhan sembuhkan, bukan semua orang sakit? Padahal harusnya, semua orang sakit di sana Tuhan sembuhkan, bukan?  Seperti yang sudah saya katakan, tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia ini, bukan untuk menyembuhkan orang sakit fisik, tetapi menyembuhkan penyakit rohani yaitu dosa. Itulah yang dimaksudkan bilur-Nya menyembuhkan yaitu menyembuhkan penyakit dosa manusia.

Mungkin anda juga berpikir, mujizat bisa menjadi alat yang baik, agar manusia bertobat. Apakah benar? Lihatlah di Perjanjian Lama, banyak mujizat yang Tuhan lakukan di depan mata orang Israel, tetapi orang Israel tetap tidak percaya kepada Tuhan. Sampai disebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Hingga akhirnya Tuhan mengukum mereka yang sudah melihat mujizat Tuhan, tetapi tetap tidak percaya, sehingga mereka tidak bisa masuk kanaan. "semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku, pastilah tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya (Bilangan 14:22-23)." 

Jadi jangan berpikir mereka yang mengalami mujizat lebih rohani. Justru tanggungjawab mereka untuk percaya kepada Tuhan lebih besar. Karena bagi mereka yang sudah melihat mujizat, tetapi menuntut mujizat terus. Saat tidak ada mujizat, lalu tidak percaya. Akan menerima hukuman yang lebih berat daripada mereka yang tidak pernah melihat mujizat. Contoh lain juga bisa dilihat pada Firaun, dan Raja Nebukadnesar. Sekalipun, Tuhan sudah menunjukkan banyak mujizat kepada mereka, tetap tidak bertobat. Yang paling nyata adalah saat Tuhan melakukan mujizat membangkitkan Lazarus dari kematian. Orang Yahudi  bukannya bertobat, malahan mau membunuh Yesus. "Mulai hari itu (hari Yesus membangkitkan Lazarus) mereka sepakat untuk membunuh Dia (Yoh. 11:53)." Jadi Mujizat tidak selalu membawa manusia bertobat. Seringkali justru membuat manusia ketagihan untuk bergantung pada Mujizat. Hingga imannya, bukan pada Tuhan lagi, tetapi lebih kepada mujizat. 

Selain itu, berbeda dengan para pendeta saat ini, yang melakukan mujizat di depan publik dan disiarkan melalui media Tv dan cetak. Kemudian mengundang orang datang melihat dan mengalami mujizat melalui doa yang dia lakukan. Padahal Tuhan Yesus setiap kali melakukan mujizat selalu berkata, agar jangan memberitahu siapa-siapa. Saat Dia menyembuhkan seorang sakit kusta, Tuhan Yesus berkata kepada orang tersebut, "Ingatlah, jangan engkau memberitahu hal ini kepada siapapun...(Matius 8:4)."Demikian juga saat Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya dan menyembuhkan orang disana, "Ia dengan keras melarang mereka memberitahu siapa Dia (Matius 12:16)." Hal itu juga terjadi, saat Tuhan Yesus menyembuhkan banyak orang. Markus berkata, "Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahu siapa Dia (Markus 3:12)." Selanjutnya, usaha Tuhan Yesus melarang mereka yang melihat dan mengalami mujizat untuk memberitahukan orang lain juga terlihat saat Dia menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan serta membangkitkan anak Yairus. Lukas memberitahu kita, "Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapapun juga apa yang terjadi itu (Lukas 8:56)." Selebihnya, anda bisa mencari sendiri. Anda akan menemukan bahwa seringkali Tuhan Yesus melarang mereka untuk mempublikasikan akan mujizat yang sudah Dia lakukan, karena Tuhan tidak ingin kita datang kepada Dia karena mujizat tetapi karena Dia adalah Juruselamat. 

Berbeda dengan para Pendeta saat ini, menyuruh orang mempublikasikan apa yang mereka lakukan, agar dirinya semakin terkenal. Tuhan Yesus justru meminta orang lain tidak mempublikasikan mujizat yang Dia lakukan. Jadi anda bisa melihat, apa tindakan Pendeta yang sering melakukan mujizat di depan publik seturut dengan teladan Tuhan Yesus? anda yang menilai.

Apakah mujizat tidak ada lagi? Saudara, setiap hari bagi kita adalah mujizat, kita bangun bisa menghirup udara segar adalah mujizat. kita masih bisa berdiri dengan kedua kaki adalah mujizat. Matahari masuk ke tempatnya pada malam hari, dan pagi hari muncul lagi untuk memberi terang bagi kita semua adalah mujizat. Kita bisa makan, dan makanan kita bisa tercerna dengan baik, semua adalah mujizat. Kita bisa membuang angin itu juga adalah mujizat. Hidup kita adalah mujizat. Dan saat kita sakit kemudian penyakit kita membawa kita kembali kepada Tuhan itu adalah mujizat. Sehingga Ayub berkata, dulu aku mendengar kata orang tentang Tuhan, tetapi dalam penderitaan yang dia alami justru dia melihat Tuhan dengan jelas. Itu adalah mujizat. 

Justru orang yang mengalami mujizat, dari sakit menjadi sembuh, tetapi tidak bertobat malahan semakin sombong. Lalu memberi kesaksian dari satu gereja ke gereja lain. Seolah-olah karena doanya yang hebat, bukan Tuhan lagi yang terlihat. Membuat mujizat yang dia alami menjadi kecelakaan bagi dirinya seperti Hizkia. Yang sudah mendapat mujizat, tetapi sombong dengan membanggakan diri atas keberhasilannya. Sehingga menyebabkan seluruh bangsa Israel dibuang ke Babel. 

Jadi sekarang mengerti bukan, mengapa para pendeta yang mengusir badai Covid19 dan badai ekonomi tidak berhasil? karena Dia salah mengerti mujizat. Sehingga saya juga melihat saat mereka mengusir badai Covid-19, lalu badai Covid19 tidak berhenti juga adalah mujizat, karena hari itu Tuhan membongkar topeng mereka, bahwa selama ini mereka menyalahkan gunakan nama Tuhan untuk mencari popularitas. Karena Tuhan Yesus berkata, tidak semua orang yang menyebut Aku, Tuhan Tuhan dikenal Yesus. Mereka hanya mau mencari keuntungan dengan memakai nama Yesus.

Mujizat bukan hal-hal spektakuler, tetapi seluruh kehidupan kita adalah mujizat. Yang ketiga, mengapa ada pendeta yang mencoba menghentikan badai Covid19 dan badai ekonomi tidak berhasil? karena.....Bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun