Tahukah anda, perkataan Paulus agar senantiasa bersukacita bukan berarti setiap keadaan harus  tertawa dan bersorak-sorai? Misalnya, saat bangkrut, gagal, dan sakit kita tidak boleh sedih dan menangis. Paulus justru mengajarkan, saat sedih harus sedih, saat sukacita harus bersukacita, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis (Roma 12:15)."
Tuhan Yesus juga menangis dan bersedih saat Lazarus mati. Paulus sendiri juga pernah menangis. Hal itu diungkapkan oleh Paulus, "Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata...(Kis. 20:19)."
Perlu anda ketahui, tidak semua sukacita adalah baik. Ada sukacita yang tidak berkenan kepada Tuhan. Jika sukacita tersebut, di bangun di atas dasar dosa, seperti kemarahan Tuhan atas orang Israel, "Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti bangsa-bangsa! Sebab engkau telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu (Hosea 9:1)." Lebih keliru lagi, saat kita bersukacita atas kejatuhan orang lain, "Jangan bersukacita kalau musuhmu jatuh, jangan hatimu beria-ria kalau ia terperosok (Amsal 24:17). Bahkan sekalipun kelihatan rohani, di mana dalam pelayanan, kita pernah menaklukkan roh jahat. Sebagai manusia kita pasti bersukacita dan bangga. Tuhan Yesus langsung mengingatkan: "Janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar disorga (Lukas 10:20).
Jelaslah, tidak semua sukacita adalah baik dimata Tuhan. Demikian juga, tidak semua tangisan dan kesedihan adalah tanda tidak rohani. Yang penting adalah kita bisa menempatkannya pada tempat dan waktu yang tepat, keduanya mempunyai dampak yang baik.
Bahkan Alkitab mengatakan bahwa, sukacita tidak bisa dipisahkan dari kesedihan dan air mata. Apa maksudnya? Maksudnya adalah sukacita justru dihasilkan dari kesedihan. Hal tersebut, bisa kita temukan di Mazmur, yang berkata, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6)."Â
Jadi sukacita tidak bisa dipisahkan dengan air mata dan kesedihan. Hal itulah, mengapa kita sulit bersukacita? karena kita sering melarikan diri atau menutup kesedihan dan airmata. Padahal sukacita yang sejati adalah hasil dari kesedihan dan airmata.
inilah yang akan kita pelajari, bagaimana mengelola kesedihan dan airmata menjadi sukacita? Agar kita bisa melihat bahwa kesedihan yang sedang kita alami adalah anugerah Allah untuk menolong kita menikmati sukacita-Nya.
1. Ditengah Kesedihan Lihatlah Kasih Setia Tuhan.
Pemazmur berkata:"Kenyangkanlah kami diwaktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami (Mazmur 90:14)."
Apa yang bisa kita lihat di tengah krisis ekonomi dan Pandemic Covid-19 saat ini? Kita bisa melihat bahwa, Tuhan masih memberikan antibodi kepada kita, bukankah anugerah ini melebihi uang? Selain itu, kita masih diberikan udara gratis. Tentu yang paling berharga adalah anugerah keselamatan yang sudah diberikan kepada orang yang percaya kepada Kristus.Jikalau kita bisa melihat Kasih Setia Tuhan ditengah kesedihan ini. Kesedihan kita akan diubah menjadi sukacita, sehingga kita bisa tetap bersukacita seperti apa yang dikehendaki Paulus.
2. Didalam Kesedihan Lihatlah Kesulitan yang kita Alami Sebagai Hak Istimewa yang Tuhan Berikan Kepada Kita Untuk Mengalami Penderitaan, karena Tuhan Sedang Menyediakan Sukacita Besar Bagi Kita.Â
Tuhan sangat adil, berapa besar sukacita kita tidak terpisah dari berapa dalam penderitaan kita. semakin kita pernah mengalami kesedihan yang dalam semakin besar sukacita yang akan kita dapatkan. Jika saat ini, kita mengalami kesedihan yang dalam, berarti nanti semakin besar sukacita yang akan kita peroleh. Makanya Pemazmur berkata: "Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami. Seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka (Mazmur 90:15)."
Kita semua mengalami dampak dari Pandemi ini. Tentu tingkat kesedihan kita berbeda. Ada yang sangat sedih karena usahanya bangkrut. Yang lain lagi, sangat sedih karena di PHK. Bahkan ada yang sangat sedih karena tidak ada uang untuk membeli kebutuhan.
Saudaraku, percayalah kesedihan dalam yang kita alami saat ini, adalah jalan yang Tuhan pakai agar nanti kita bisa menikmati sukacita besar. Jadi lihatlah, kesedihan yang kita alami sebagai hak istimewa yang Tuhan berikan kepada kita untuk menikmati sukacita besar yang akan Tuhan sediakan bagi kita. Jadi tetap kuat, jaga kesehatan dan beriman teguh.
3. Di dalam Kesedihan yang Kita Alami, Lihatlah Kelancaran Saudara Seiman Kita yang lain Sebagai Kelancaran kita, sebab Kita dan Mereka Adalah  Bagian dari Tubuh Kristus. Sikap tersebut akan menghasilkan Sukacita Bagi Kita.
Inilah yang Paulus ajarkan: "sebab kami bersukacita, apabila kami lemah dan kamu kuat. Dan inilah yang kami doakan, yaitu supaya kamu menjadi sempurna (2 Kor. 13:9)."Mengapa Paulus tetap bersukacita sekalipun dia lemah, orang lain kuat? Karena dia melihat jemaat Korintus sama-sama tubuh Kristus. Sehingga saat mereka kuat, dia merasa kuat sekalipun dia lemah, "Jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita, jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita (1 Korintus 12:26)."
Inilah yang bisa kita lakukan? Mungkin saat ini anda lagi sedih oleh krisis ekonomi yang anda alami, mungkin anda sedang sakit. Bagaimana agar anda tetap bisa bersukacita? Anda bisa berkata seperti Paulus, "Tidak apa-apa saya sakit yang penting bukan kalian," "Tidak apa-apa saya yang krisis ekonomi yang penting bukan kalian." Agar kalian semakin sempurna dalam iman kepada Kristus."
Salam
Ev. Timotius Cong
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H