Seorang pengusaha berkata kepada saya, "Bapak gampang sekali berkata, agar saya tidak kuatir, saya bisa melihat burung-burung di udara." Dia melanjutkan, "Tahukan anda bahwa kata-kata Tuhan Yesus tersebut sudah sudah tidak relevan lagi dipakai dalam situasi ini."Â
Saya setuju bahwa kita tidak bisa membandingkan hidup kita dengan burung, karena memang, manusia tidak bisa dibandingkan dengan burung, mengapa?
- Burung tidak memiliki cicilan dan utang, manusia punya cicilan dan utang
- Burung tidak memiliki perusahaan dan karyawan, sedangkan manusia memiliki perusahaan dan karyawan.
- Burung mencari makan di alam yang memang sudah tersedia makanan di mana-mana tanpa perlu membeli, sedangkan manusia harus membeli Mc Donald, KFC, beras, sayur dan daging serta ikan.
- Burung tidak perlu bayar tagihan listrik, telepon dan PDAM karena mereka bisa tidur dipohon dan tempat-tempat di mana saja, sedangkan manusia harus bayar tagihan bulanan
Pertanyaannya, siapa yang meminta anda membandingkan diri dengan burung? Tuhan Yesus tidak menyuruh kita membandingkan diri kita dengan burung.Â
Dia hanya menyuruh kita melihat burung, "Pandanglah burung-burung di langit...(Matius 6:26). Tuhan Yesus Cuma suruh kita pandang burung, bukan membandingkan, tetapi tentu memandang untuk belajar sesuatu, jadi bukan asal pandang.
Jadi apa yang bisa kita pelajari dari burung?
Ada beberapa pelajaran yang kita bisa pelajari dari burung
1. Burung tidak haus mata seperti manusia, maka dia tidak punya cicilan dan hutang sehingga tidak akan terkena krisis ekonomi
Zaman ini kalau tidak berhutang dibilang kuno. "Masakan beli HP, mobil dan rumah pakai Cash. Ngak zamannya lagi bok." Itu yang sering saya dengar.
Masalahnya, bukan pada boleh atau tidak beli hp, rumah dan mobil dengan cicilan, tetapi kita sering haus mata. Sudah memiliki 1 rumah, 1 mobil mau lebih lagi. Lalu kita beli rumah dan mobil ke 2, 3 dan 4 jadilah banyak hutang.
Jika tidak ada Corona tentu tidak masalah. Masalahnya, Corona datang pada waktu yang tidak terduga, jadi membuat mereka yang memiliki banyak cicilan semakin pusing.
Sebenarnya, bukan Tuhan tidak mencukupi kebutuhan kita, tetapi kita yang membuat semuanya tidak tercukupi dengan mencicil barang-barang yang sudah melebihi apa yang dibutuhkan oleh kita.